*Remaja Muslim Harus Bersekolah*
Resume Kajian On-Air ajang Keluarga Sakinah DSK 103,2 FM
Jumat, 28 Oktober 2022
Menjadi pilot, dokter, guru. Mungkin itu adalah jawaban seorang anak ketika ditanya apa cita-citanya. Ternyata ketika berbicara mengenai cita-cita pada anak terdapat perbedaan antara remaja hari ini dengan remaja terdahulu.
Didalam survei yang dilakukan oleh sebuah perusahaan lego di Amerika kepada 3000 anak menemukan hampir 1/3 dari anak-anak dalam survei tersebut mengatakan ingin menjadi YouTuber dan hanya sebagian kecil yang memilih selainnya. Anak-anak termasuk remaja saat ini lebih tertarik menjadi seorang Youtuber.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Meskipun belum ada yang serius melakukan survei yang sama terkait cita-cita anak tetapi dapat dilihat dari fenomena yang sempat viral beberapa waktu lalu seorang remaja yang lebih memilih menjadi YouTuber daripada menerima beasiswa pendidikan dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno dengan alasan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah uang bukan pendidikan.
Harii ini, bergesernya cita-cita remaja dari profesi yang memerlukan banyak ilmu menjadi seorang YouTuber dianggap wajar. Tetapi jika dicermati justru hal ini berbahaya bagi generasi dan masa depan bangsa.
Ustadzah Umi Hamzah pengisi tetap ajang Keluarga Sakinah menjelaskan bahwa bergesernya cita-cita remaja sekarang dipengaruhi oleh sistem yang diterapkan saat ini yakni sistem kapitalisme.
“Kita saat ini hidup dibawah sistem kapitalisme. Akidah dari sistem kapitalisme ini adalah sekulerisme dimana sistem ini sudah menancap kuat ditengah-tengah masyarakat tak terkecuali kehidupan remaja hari ini.”
Menurutnya, akidah sekuler ini memisahkan antara agama dengan kehidupan dan memandang kehidupan ini tidak lepas dari yang namanya materi sehingga membuat gaya hidup ditengah masyarakat dan remaja saat ini adalah gaya hidup hedonis, materialistis.
Dalam sistem kapitalisme, standar kebahagiaan itu adalah dengan mendapatkan materi dengan sebanyak-banyaknya. Materi beruoa fisik misalnya melimpahnya harta dan sebagainya, atau materi yang sifatnya non-fisik seperti popularitas atau ketenaran, penghormatan, dll. Akhirnya banyak dari para remaja yang memandang kehidupan itu hanya untuk bersenang-senang.
Akhirnya, akidah sekuler menjadikan remaja sekarang atau lebih dikenal dengan gen Z ( generasi Z ) dalam hal menuntut ilmu tidak lagi memiliki semangat untuk bersekolah. Mereka menganggap bersekolah untuk bisa mendapatkan ijazah dimana dengan ijazah bisa mencari pekerjaan dan dengan bekerja mereka nantinya akan mendapatkan uang.
Bagi seorang muslim, bersekolah bukan hanya untuk tujuan materi tetapi bersekolah untuk mencari ilmu, dengan ilmu yang dimiliki akan mendapatkan kedudukan tinggi disisi Allah SWT, seperti firman Allah didalam Al-Qur’an Surat Al-Mujadilah Ayat 11:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
_…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan._
- Ustadzah Umi Hamzah menyampaikan, dalam hal pendidikan kepada anak, ada 3 komponen yang memiliki pengaruh besar terhadap pendidikan remaja yakni: keluarga, masyarakat dan negara. Tiga komponen ini harus memiliki visi yang sama sehingga bisa mengantarkan anak atau remaja saat ini untuk memiliki kepribadian Islam dan mampu memecahkan problematika kehidupan.
Selain itu, negara harus mendorong para remaja untuk mempunyai keinginan bersekolah, negara pun harus menyediakan semua fasilitas yang diperlukan.
Maka keluarga dan masyarakat harus memiliki cara pandang yang sama ketika memasukan anak ke sekolah. Yang menjadi motivasinya bukan karena materi tetapi lebih kepada mencetak anak atau remaja yang tidak hanya cerdas tetapi juga menjadi remaja yang sholeh atau sholehah.
Wallahu’alam.
Writer : Tia Febriani
