Oleh. Reni Tresnawati
Umat Islam saat ini, bagaikan anak yang kehilangan induknya. Mengikuti siapa saja yang mengajaknya pergi, mau saja. Entah tidak sadar atau tidak tahu siapa yang dia ikuti. Diajak ke jurang pun mau. Umat Islam sudah kehilangan tempat berpijak dan terombang ambing seperti hidup di lautan yang tak tahu arah tujuan, dan ini petaka buat umat Islam.
Kenapa hal ini bisa terjadi? Semua ini berawal dari runtuhnya khilafah Utsmaniyah pada Rajab 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924. Pada waktu itu, seorang Mustafa Kemal Attaturk membubarkan Khilafah dan menggantinya dengan Republik Turki. Kini sudah 101 tahun (Hijriyah) umat Islam hidup mengikuti kafir penjajah. Tidak ada tempat bernaung (Khilafah) dan seorang imam (Khalifah). Padahal, menurut ijma sahabat ketiadaannya hanya berlangsung tiga hari, seperti yang telah para sahabat musyawarahkan di Saqifah Bani Saidah untuk memilih Khalifah pengganti Rasulullah Saw.
Momen Rajab mengingatkan kita pada kejatuhan khilafah dan kewajiban menegakkannya kembali.
Nasib umat Islam setelah runtuhnya khilafah, mereka kehilangan perisai pelindungnya. Mereka di sekat-sekat dengan apa yang di sebut nasionalisme dan dipaksa untuk hidup dalam sistem sekularisme ala Barat. Banyak penguasa negeri Islam mengabdi dan menyerahkan seluruh jiwa dan raganya pada kepentingan Barat yang menzalimi rakyatnya sendiri. Bahkan ada diantara mereka tak malu menjalin hubungan mesra dengan zionis Israel yang jelas-jelas merampas tanah kaum muslim dan menyebabkan penderitaan berkepanjangan bagi umat Islam Palestina. Umat Islam Rohingya diusir dari negaranya, Burma dan kini mereka tercecer di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Indonesia yang mayoritas Muslim tidak bisa berbuat apa-apa, karena negerinya sendiri pun sudah diterpa banyak masalah, seperti penistaan agama dan ulama, gempuran stagmatisasi buruk terhadap umat Islam atas nama toleransi dan moderasi keberagaman beragama. Terpuruknya ekonomi sejak pandemi dua tahun ini, berimbas pada masyarakat. Para pedagang kecil kehilangan mata pencahariannya. Para pengusaha banyak yang gulung tikar. Korupsi merajalela. Terjerat narkoba karena ingin mencari ketenangan gegara himpitan ekonomi. Aksi bunuh diri pun meningkat disebabkan gaya hidup yang tak perpenuhi. Moral anak bangsa rapuh. Pergaulan bebas (LGBT) di fasilitasi. Rendahnya mutu pendidikan. Sulitnya mengakses layanan kesehatan prima yang terjangkau masyarakat.
Apa yang terjadi pada umat Islam saat ini? Jauhnya dari syariat Islam. Hukum-hukum Allah dicampakkan. Namun, konstitusi malah dianggap lebih tinggi dari ayat suci. Maka lahirlah masalah demi masalah sebagai konsekwensi mengagung-agungkan perundang-undangan buatan dan hukum manusia. Lalu, bagaimana memperbaikinya?
Khilafah dan Khalifah Harus di Tegakkan
Untuk memperbaiki kondisi saat, tak ada jalan lain selain meninggalkan kapitalisme beserta turunannya dan menerapkan sistem Islam. Untuk itu, perlu adanya perubahan mandasar dan menyeluruh di tengah-tengah umat hingga pemikiran dan perasaanya tertunjuk oleh cahaya Islam. Inilah yang nantinya akan mendorong umat untuk menuntut penerapan syariat secara total, dan satu-satunya institusi yang dapat mewujudkannya hanyalah khilafah. Nantinya khilafah yang akan mengangkat dan membaiat seorang khalifah. Kemudian, khalifah yang akan menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Dengan penerapan ini Islam akan menjadi Rahmat bagi seluruh alam.
Bulan Rajab merupakan salah satu bulan yang dimuliakan, seyogyanya kita melipatgandakan amal Sholeh sebagai amal terbaik sepanjang tahun. Bukan hanya sebagai ritual tahunan memperingati Isro Mi’rajnya Rasulullah Saw. dan memperbanyak amal personil saja, melainkan dengan memperjuangkan tegaknya khilafah juga, supaya umat hidup sejahtera, makmur dan aman sentosa. Wallahu a’lam bisowab.