
PINJAM BUKU
Baca buku harian mulai dari SERIBU RUPIAH sudah bisa baca dan nikmati fitur 3D Book
Pagi hari yang begitu menyejukkan, angin dingin sesekali berhembus yang menambahkan kesejukan di pagi hari ini, terlihat seorang gadis mungil yang sedang bercermin di dalam kamarnya tersebut, dengan pakaian rapi putih abu-abu. Wajahnya begitu cerah itu karena dia sangat bersemangat sekali di pagi hari ini.
“Rania, sarapan dulu nak,” panggil sang Ibu.
“Iya, Ibu. Bentar,” ucap Rania yang baru selesai menyisir rambutnya.
“Jangan lama-lama, ntar kamu terlambat ke sekolahnya ,” ucap Ibunya Rania.
Rania pun bergegas ke lantai bawah dan langsung menuju meja makan, dengan penampilan yang begitu rapi yaitu pakai seragam putih abu-abu, Rania pun tersenyum lebar menghadapi Ibu dan kakaknya yang bernama Tiara.
“Bahagia benar kayaknya ni,” ucap Tiara kakaknya.
“Iya dong kak, menikmati status baru,” ucap Rania.
“Cie yang udah SMA, udah besar ternyata adek kakak ni, tak terasa serasa cepat sekali,” ucap Tiara.
“Udah-udah bicaranya, sarapan dulu, ntar terlambat lagi,” ucap Ibunya.
“Itulah Bu, kakak ni ngajak bicara terus,” ucap Rania.
Beberapa menit kemudian suasana di meja makan pun hening, para penghuni meja makannya sedang fokus menikmati sarapan pagi yang Ibunya masak.
“Alhamdulillah kenyang, masakan Ibu mantap uey, luar biasa ,” ucap Rania.
“Iyalah, masakan Ibu gitulo,” ucap Tiara.
“Bu, Rania berangkat dulu ya,” ucapnya.
“Iya, hati-hati dijalan,”
Sebelum berangkat ke sekolah Rania bersaliman dengan Ibu dan kakaknya Tiara. Tiara adalah kakak satu-satunya yang Rania punya, kakaknya merupakan seorang dokter yang berparas cantik dan begitu peminim. Tiara sangat sayang dengan adiknya, dia tidak pernah marah dengan Rania. Begitupun Rania dia sangat menyayangi Tiara kakaknya. Tiara adalah panutan bagi Rania. Tiara adalah tempat curhatnya Rania.
Beberapa menit kemudian Rania pun sampai di sekolahnya dengan menggunakan motor Vario Putih, setelah Rania memarkirkan motornya bel sekolah pun berbunyi, siswa dan siswi berhamburan menuju lapangan sekolah, kebetulan hari ini bertepatan dengan hari senin, hari pertama para siswa dan siswi bersekolah. Dan ini adalah status baru bagi Rania dan teman-teman satu Angkatan dengannya. Para siswa dan siswi pun berkumpul di lapangan sekolah dengan wajah yang sumringah, apalagi bagi siswa dan siswi baru ini adalah status baru bagi mereka menginjak masa putih abu-abu.
“Lama benar lu berangkat ke sekolahnya tadi?” tanya Karin sahabatnya Rani.
“Terlambat bangun tadi pagi, kesejukan luar biasa ,” ucap Rania.
“Dasar kebo,” ucap Karin.
“Udah, ngomongnya nanti kita kena tegur,” ucap Rania.
“Iya Deh ,” ucap Karin.
Beberapa menit kemudian para siswa dan siswi berhamburan menuju kelasnya masing-masing, sedangkan siswa-siswi yang baru diarahkan memasuki ruangan yang sudah disiapkan oleh anggota osis untuk kegiatan masa orientasi siswa (MOS). Para siswa dan siswi baru dipersatukan di dalam satu ruangan besar. Banyak siswa-siswi yang curi-curi pandangan menatap teman-teman barunya.
Para siswa dan siswi terdiam seketika melihat anggota osis masuk ruangan tersebut, yang mana anggota osis tersebut merupakan panitia masa orientasi siswa pada saat ini, beruntunglah Rania dan teman-temannya masuk disaat ini, mereka tidak melewati masa orientasi siswa yang keras. Di tahun ini masa orientasi siswanya dilakukan satu hari saja, itu dikarenakan tahun kemarin mendapat teguran dari orang tua siswa karena anaknya sakit akibat masa orientasi siswa yang begitu keras pada masa itu. Sistem senioritas masa itu sangatlah menjunjung tinggi.
Hari ini Rania dan teman-teman satu angkatan dengannya sangat bahagia sekali, mereka diperlakukan dengan baik oleh panitia masa orientasi siswa, mereka juga didampingi guru-guru yang menyukseskan kegiatan tersebut. Akhirnya hal yang paling ditakutkan Rania pada saat SMP tidak terjadi disaat masa SMA ini. Di masa SMP Rania sangat takut sekali dengan namanya masa orientasi siswa, karena pada masa SMP mereka masih menerapkan sistem senioritas yang mana siswa baru selalu salah dimata seniornya. Bayangan Rania masa orientasi siswa pada masa SMA ini jauh lebih kejam dari pada masa SMP, Rania dan teman-teman satu Angkatan dengannya sangat bersyukur sekali karena mereka tidak merasakan masa orientasi siswa yang tidaklah wajar.
Rania bersekolah di SMANSA Tanah Pinoh Kabupaten melawi yang merupakan sekolah terfavorit di Melawi. Rania sangatlah pintar wajar saja dia bisa memasuki sekolah tersebut. Dia mempunyai empat sahabatnya yang bernama Karin, Sifa, Sera dan Ayu mereka bersahabatan dari masa SMP hingga masa SMA mereka berjanji untuk sama-sama begitu juga disaat masa perkuliahan nanti. Mereka berlima saudara tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, di masa SMP mereka sangatlah gaul, mungkin begitu juga dengan masa SMA ini.
Beberapa menit kemudian, suara bel istirahat pun kedengaran para siswa dan siswi berhamburan bergegas keluar dari ruangan tempat mereka mengikuti masa orientasi siswa (MOS), tidak ada wajah tegang di antara mereka karena suasana masa orientasi siswa (MOS) sangat mengasyikkan tidak seperti yang dulu menjunjung tinggi generasi senioritas, yang suka menindas adik-adik kelasnya.
Kelihatan para siswa dan siswi berantrian keluar dari dalam ruangan tersebut, begitupun dengan Rania dan teman-temannya, akhirnya Rania dan teman-temannya pun keluar dari ruangan tersebut, Rania dan keempat sahabatnya bergandeng keluar dari ruangan. Tentu saja mereka berlima menjadi sorotan bagi teman-temannya karena mereka gaul dan cukup terkenal pada masa SMP dulu selain gaul mereka memiliki paras yang luar biasa , mereka seperti anak kembar saja karena mereka berlima memiliki kulit yang putih bersih, rambut mereka semuanya Panjang sampai ke pinggang. Mereka berlima begitu cantik. Selain cantik mereka juga anak yang berprestasi di sekolah. Sayang sekali mereka berlima belum ada niat untuk menutupi auratnya, mereka belum siap menggunakan jilbab. Walaupun begitu mereka tidak pernah berpakaian yang terbuka mereka cukup rapi dalam berpakain cuma belum siap saja untuk menggunakan jilbab.
Banyak teman-teman laki-laki mereka pada masa SMP menyatakan cinta kepada kelima sahabat tersebut, tapi mereka tidak menanggapinya mereka berlima tidak mengenal yang namanya pacaran, mereka tidak tertarik dengan hal tersebut, mereka selalu sibuk dengan dunianya yang sama-sama hobi membaca dan hobi jalan-jalan dan jepret-jepret sana sini pastinya. Persahabatan mereka sungguh luar biasa hingga mereka mengutuskan pada masa SMA ini tetap sama-sama. Rania sangat takut kalau di salah satu mereka terserang Virus merah jambu (VMJ) atau yang dikenal dengan pacaran, dia takut persahabatan mereka rusak karena mengenal yang namanya pacaran, alhamdulillah mereka belum mengenal hal tersebut, Rania berharap semoga hubungan persahabatan mereka kekal abadi seperti sekarang.
***
“Ngapa lirik-lirik, kami berlima cantik ya,” ucap Sifa yang selalu degel dengan teman-teman barunya, sambil menampakkan senyuman manisnya.
Teman-teman kelasnya tersenyum mendengarkan perkataan Sifa, tanpa menjawab sepatah kata pun.
“Mulai deh jailnya tu,” ucap Ayu.
“wkwkwk, Cuma bercanda sayang,” jawab Sifa.
“Kebiasaannya kambuh deh,” ucap Sera yang cekikikan.
“Kebiasaan apalah?” tanya Sifa.
“Yah kebiasaan kamu yang suka SKSD lah,” ucap Sera.
“Apa itu SKSD jadi tulalit gue, gara-gara lapar ni,” ucap Sifa dengan wajah polosnya.
“SKSD (Sok kenal sok dekat),” ucap Karin yang nimbung pembicaran kawan-kawannya.
“wkwkkw, begitu ya artinya, memang aku begitu ya Ran?” tanya Sifa kepada Rania sahabatnya.
“Iyalah, enggak nyadar kamu” ucap Rania yang cekikikan.
“Wkwkwkw, biasalah anak gaul,” ucap Sifa dengan cekikikan.
“Diam, jangan bicara terus nanti kita kena tegur,” ucap Rania.
“Ndak apalah sekalian kenalan sama abang osis tu,” ucap Sifa dengan cekikikan.
“Mulai deh,” ucap Karin.
“Diam wuy, ndak malu kah kita dilihat terus ni,” ucap Rania.
“Mareka melihat kita, karena cantik,” ucap Sifa.
“Wajarlah cantik kan kita perempuan,” ucap Karin.
“Alah mak lupa aku kalau kita perempuan,” ucap Sifa.
“Sifa ni ye, sakit perut aku dibuatkannya,” ucap Sera.
“Sakit perut tu ke WC,” ucap Sifa.
Mereka berempat geleng-geleng kepala menatap Sifa yang tak henti-hentinya berbicara.
“ndak malu kah lihat mereka tu diam, Sifa ni berbicara terus,” ucap Rania.
“Biasalah dia caper tu,” ucap Ayu.
“Apa Caper tu?” tanya Sifa.
“Kenapa ya ni anak ngaku gaul, itu pun ndak tahu,” ucap Ayu.
“Owh tahu aku, artinya copet kah yu?” tanya Sifa.
“Bukan sayang,” ucap Karin.
“Terus apalah?” tanya Sifa yang penasaran.
“Ngapa mulut mu tak bisa diam, aku carikan isolasi nanti,” ucap Sera.
“tanyakan sendirilah kenapa ndak bisa diam,” ucap Caca.
“Dasar caper,” ucap Karin. “Ih kita tak tahu artinya,” Sifa.
Pinesthi Mukti Rizky Wibow
Nikmati semua momen yang kamu alami sekarang karena nanti pada saat dewasa hal itu tidak akan pernah terulang.
Jangan terlalu menggantungkan diri kepada seseorang terutama teman, mereka semua punya kepentingan sendiri dan tidak segan meninggalkan kamu.
Beberapa menit kemudian, jam istirahat pun dimulai. Rania dan keempat teman-temannya pergi ke kantin. Dengan Langkah yang terburu-buru pergi ke kantin. Dari tadi perut mereka sudah bunyi-bunyi terus. Karena mereka tidak sempat sarapan pagi.
“Buruan cepat,” ucap Sera.
“Iya, iya sabar woy,” ucap Karin.
“Udah bunyi terus ni perut,” ucap Ayu.
“Sabar, bentar lagi sampai kok jangan terburu-buru,” ucap Rania.
“Bagaimana mau terburu-buru orang ni lapar,” ucap Sifa.
“Iya, tahu, banyak-banyak istighfar,” ucap Rania.
Akhirnya mereka pun sampai juga di kantin, mereka memilih meja paling pojok karena meja tersebut lumayan Panjang. Salah satu dari mereka memesan makanan untuk mareka semua. Dan di kantin tersebut ada rombongan ketua osis dan teman-temannya yang lain. Ketua osis mereka bernama Brayen Saputra yang merupakan cowok yang banyak digemari para siswa dan siswi karena tampan, gaul, terkenal cueknya dan juga berprestasi.
Beberapa menit kemudian akhirnya makanan yang mereka pesan pun datang, dan kelima bersahabat itu langsung saja memakan makanannya dengan lahap karena sudah benar-benar lapar. Ternyata para seniornya melirik kelima sahabat tersebut dan ada salah satu dari mereka memuji kecantikan kelima sahabat tersebut. Tidak salah mereka memuji kelima sahabat tersebut, karena mareka memang gadis cantik, popular pada masa SMPnya, tidak kalah dengan prestasinya.
Uhuk..,uhukk..uhukk…, Tiba-tiba Rania tersedak karena kaget melihat Brayen dan teman-temannya terus menatap mereka .
“Minum duu,” ucap Sifa sambil meletakkan gelas ke tangan Rania.
Rania pun langsung saja meminum air yang sudah diberikan.
“Terima kasih Sifa,” ucap Rania.
“Iya, sama-sama,” ucap Sifa
“Kenapa bisa tersedak seperti itu?” tanya Karin
“Itu tu, para senior kita natap kita terus,” ucap Rania.
“Mana-mana?” tanya Sifa.
“Omg, ada apa dengan kita ya?” tanya Ayu.
“Hmz, mungkin karena kamu bicara terus kali,” ucap Sera.
“Mana ada, yang bicara terus tu Sifa na,” ucap Sera.
“Kitak pun ikut bicara gak tadi,” ucap Sifa dengan kekehannya.
“Jangan-jangan kita habis ini kenak hukum,” ucap Karin.
“Jangan sembarangan ngomong berpikir positif aja dulu,” ucap Rania.
“Siap Bos,” ucap keempat teman Rania.
Rania pun merasa risih karena ditatap terus oleh Brayen, tak henti-hentinya Rania menggerutu di dalam hatinya karena tingkah Brayen dan teman-temannya. Tanpa disadari Brayen mengagumi Rania. Karena Rania adalah siswa yang paling aktif saat ospek. Brayen menyukai orang yang aktif dan pintar. Brayen pun memuji Rania di dalam hatinya, dengan kekaguman-kekaguman yang ada.
Setelah Brayen menatap Rania dengan intens, dia tersenyum sendiri sampai-sampai teman-temannya bingung karena sikap Brayen yang senyum-senyum sendiri. “Aku harus mendapatkanmu, tunggu aja nanti,” batin Brayen. Baru kali ini Brayen langsung tertarik dengan seorang perempuan. Brayen terkenal cowok cuek dan dingin hingga banyak orang “yang menjulukinya si kutub utara.
“Hay Bro,” ucap Rangga.
“Iya, apa?”
“Ngapain senyam-senyum sendiri entar kesambet lo, hati-hati aja,”ucap Rangga lagi.
“Senyumkan Ibadah Bro,” ucap Brayen.
“Udah pinter ngeles sekarang,” ucap Rangga.
Para teman-teman Brayen pun terkekeh dengan ucapan Rangga kepada Brayen, beberapa menit kemudian mereka pun pergi dari kantin tersebut dan memasuki ruangan karena bel sekolah sudah berbunyi. Dan para siswa dan siswi pun kembali masuk dalam ruangan yang digunakan untuk siswa dan siswi melakukan masa orientasi siswa (MOS). Kelihatan raut wajah siswa dan siswi bahagia sekali karena di sesi ini adanya game yang diadakan para osis dan anggotanya, suara sorak gembira nyaring terdengar di dalam ruangan tersebut. Kelihatannya game yang dimainkan seru sekali hingga membuat suara teriakan siswa dan siswi, itu karena mereka kesenangan.
Arasta Kalfara
Jangan takut untuk menjadi dewasa. Perubahan adalah hal yang harus terjadi, dan itu sudah biasa. Banyak hal-hal baru yang menyenangkan, menyedihkan, membingungkan. Tidak ada gunanya menangisi masa lalu dan hal yang bisa kamu lakukan adalah terus berjalan. Temukanlah dirimu sendiri dengan mengerti apa yang kau cintai, apa yang kau benci, apa yang membuatmu tertarik, apa yang membuatmu kecewa. Setiap orang mempunyai ceritanya masing-masing, dan tidak ada yang lebih menarik dari yang lain. Semua mempunyai keunikannya sendiri-sendiri. Yang ada hanyalah orang yang menghargai dan tidak menghargai ceritanya. Hargailah setiap pengalaman yang menjahit dirimu, baik maupun buruk.
Dua minggu kemudian masa orientasi siswa pun sudah selesai, oleh karena itu proses belajar mengajar pun telah aktif. Rania, Karin, Sifa, Sera dan Ayu mereka mengambil jurusan IPA, mereka pada masa SMP sangat terkenal nakalnya akan tetapi mereka selalu berprestasi di dalam kelas, mereka memang nakal itu wajar karena masa remaja masih mencari jati dirinya. Kedua orang tua mereka selalu saja bangga kepada anak-anaknya karena di setiap semester mereka selalu meraih juara kelas. Mereka punya prinsip nakal boleh tapi jangan sampai merugikan diri sendiri.
Oleh karena itulah walaupun mereka nakal, banyak yang menyukai mereka . Rania dan teman-temannya anak yang ramah dan juga baik hati, mereka sering sekali meembantu warga yang perlu bantuan. Mereka sangat mudah bergaul dengan orang yang lebih tua dan mereka juga tidak pilih-pilih kawan. Rania dan teman-temannya juga mempunyai kebiasaan buruk yaitu sering mewarnai rambut di setiap minggunya. Mereka tidak mau sama sekali memakai jilbab, ya alasannya karena belum siap, di masa SMP mereka sering dihukum karena ketahuan mewarnai rambut. Dan orang tua mereka juga ikut dipanggil ke kantor karena kenakalan anak-anaknya, setelah kejadian orang tua mereka dipanggil mereka berjanji tidak akan mewarnai rambut lagi di masa sekolah.
Rania dan keempat sahabatnya sangat sedih karena orang tua mereka terlibat akibat kenakalan mereka , mereka juga menangis karena kesal sudah mempermalukan orang tua mereka , dan mereka meminta maaf kepada orang tuanya masing-masing. Pada masa SMA ini juga Rania dan teman-temannya juga belum siap untuk memakai jilbab padahal mereka tahu hukum menutup aurat itu wajib dan rambut adalah Sebagian dari aurat.
Hari ini mata pelajaran Fisika, mata pelajaran yang paling Rania sukai, di awal pembelajaran guru menanyakan mereka terkait dengan materi yang dipelajari hari ini apakah sudah ada yang tahu dan guru juga meminta siswa menjawabnya, tidak ada yang berani menjawab dan akhirnya Rania menunjukan tangannya, dan guru tersebut pun mempersilahkan Rania untuk menjawab sebuah pertanyaan yang dia ajukan. Rania pun menjawab dengan jelas dan tepat dan tidak lupa juga dia menjelaskan rumus yang digunakan, itu membuat Bu Ainun guru mata pelajaran fisika tersebut terkagum- kagum dengan apa yang Rania sampaikan. Bu Ainun pun langsung saja meminta para siswa dan siswi bertepuk tangan atas keberanian Rania yang mau menjawab. Bu Ainun juga memuji Rania, baru kali ini beliau menemukan siswa yang seperti Rania yang mempunyai semangat yang tinggi untuk belajar.
“Mantap ya Rania, walaupun kelihatan bar-bar tapi dia pintar,” ucap Riki teman satu kelas Rania.
“Iya, benar Bro jarang lo ada gadis seperti Rania,” ucap Viko.
“Bakalan jadi gebetan gue ni,” ucap Riki.
“Hmz, kamu tidak bisa lihat yang bening dikit,” ucap Viko.
“wkwkwk, karena saya normal Bro, kalau kamu juga suka ndak masalah kita saingan secara sehat,” ucap Riki.
“Tidak, untuk kamu aja Rik, Rania ok sih Cuma kasian saja sama lo kalau saingan dengan gue ntar kalah lagi,” ucap Viko sembari terkikik.
Riki dan Viko pun dapat teguran dari Bu Ainun karena mereka terus menerus berbicara dan tidak mendengarkan penjelasan Bu Ainun, dan ditanya juga mereka tidak tahu menjawabnya karena dari tadi asik mengobrol sendiri. Dan teman satu kelasnya menyoraki mereka berdua. Riki merasa malu sekali disaat Rania menatapnya dengan dingin. “Belum bertindak apa-apa udah bikin Rania ilfil,” batin Riki. Karena seketika satu kelas heboh mengolok Riki dan Vino, Bu Ainun dengan tegas meminta mereka untuk diam.
“Ini bukan ditengah hutan ya, jadi jangan semaunya teriak-teriak,” ucap Bu Ainun.
“Baik Ibu,” ucap para siswa dan siswi.
“Hargailah saya di depan, kita sesama manusia itu harus saling menghargai,”
“Maafkan kami Ibu,” ucap Riki dan Viko.
“Coba kalian diposisi Ibu dari tadi Ibu berbicara menyampaikan materi, tapi kalian juga asik berbicara sendiri,” ucap Bu Ainun.
Riki dan Viko merasa bersalah sekali sudah membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman, para siswa dan siswi di kelas itu juga merasa bersalah karena sudah heboh mengolok Riki dan Viko di dalam kelas sehingga suasana kelas semakin ramai.
“Ibu Tidak mau hal ini terulang kembali,” ucap B u Aminah.
“Baik Ibu,” ucap para siswa dan siswi serentak.
“Jangan Iya-iya yak, masuk telinga kiri keluar ke telinga kanan,” ucap Ibu Ainun.
“Kami mengerti Ibu, dan tidak akan mengulangnya kembali,” ucap para siswa dan siswi.
“Baiklah, Ibu pegang ucapan kalian,” ucap Bu Ainun.
Untuk melanjutkan membaca BAB selanjutnya silahkan melakukan pinjaman buku atau membeli buku versi cetaknya
Penulis :
Aini
Ukuran :
14 x 21
Status :
Terbit
Ketebalan :
124 Halaman
ISBN :
978-623-5304-25-0