Risalah Akhir Tahun ( Catatan Akhir Tahun)
Berbagai peristiwa yang terjadi di 12 tahun ini, sungguh menyedihkan. Dari segi ekonomi yang carut marut, membuat rakyat menderita. Dari segi pergaulan yang sungguh mengurut dada, para pemuda yang seharusnya menjadi generasi penerus yang bisa membangkitkan umat, kini sangat memprihatikan, bikin mengurut dada berulang-ulang. Pemuda saat ini tidak mempunyai taring dan bertubuh kekar yang kuat dan kokoh. Kuat dan kokoh dari keimanan dan ketaqwaan kepada Allah dan rasul-Nya.
Pemuda masa kini terlihat seperti pemuda melehoy, bertubuh tulang lunak. Kalau sudah seperti itu, apa kabarnya dengan negara? Pasti lah kehancuran yang akan terjadi, dan kehancuran itu sudah terlihat hari ini. Dengan banyaknya pemuda yang menghabiskan waktu dengan nongkrong di jalan yang tidak berfaedah. Hidup hura-hura, berkumpul tidak jelas. Berinteraksi dengan lawan jenis tidak ada jarak, hidup berikhtilat (bercampur baur) dan berkhalwat (berduaan). Seks bebas sudah hal biasa. Yang lebih parah hari ini banyak pelangi. Kalau pelangi di langit bagus warna warni. Tapi kalau yang warna warninya para pemuda dan pemudi apa jadinya? Sekali lagi, apa jadinya sebuah negara, jika dihuni oleh manusia pelangi? Pasti nya negara berwarna warni juga. Negara tidak akan memiliki kekuatan.
Generasi saat ini juga lebih mengkiblat ke peradaban barat, padahal secara peradaban, Islam lah yang paling berkembang. Tapi, seperti dikaburkan. Jadi orang-orang lebih taunya ya, peradaban barat saat ini. Banyak pengaburan sejarah Islam, seakan hanya barat lah yang terdepan dalam segala hal. Padahal yang lebih dulu adanya penemuan-penemuan teknologi, sains dll, itu orang-orang Islam. Pemuda-pemuda Islam dari kecil sudah dibekali keimanan dan ketaqwaan serta ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya, dididik dari kecil oleh orangtuanya, terutama ibunya. Karena ibu adalah ummun warabatul bait. Ibu lah pencetak generasi pertama bagi anak-anaknya.
Pemuda Tangguh Harapan Negara
Negara membutuhkan pemuda yang kuat, kokoh, tangguh dan bertanggung jawab untuk agama, bangsa dan negaranya. Berawal dari ibu terlahir generasi yang tangguh. Apa jadinya bila seorang ibu sibuk kerja di luar rumah, sedangkan anak-anaknya di dalam rumah tidak terurus, karena seorang bapak tidak bisa mengurus rumahtangga seluwes seorang ibu. Banyak anak-anak menjadi liar karena kurang perhatian dan kasih sayang seorang ibu. Bapak yang seharusnya bekarja di luar rumah menjadi bapak rumah tangga, yang tidak mengetahui seluk beluk pekerjaan ibu. Yang terjadi akhirnya kacau berantakan. Yang menjadi korban siapa? Pasti anak yang kena imbasnya.
Kapitalisme mengubah pelaturan Allah menjadi pelaturan manusia, yang mengambil dari undang-undang Belanda. Tolok ukurnya bebas melakukan apapun yang penting bahagia. Pelaturan dalam segala aspek kehidupan diubahnya. Dari segi ekonomi dan pergaulan yang sudah dibahas di atas. Kini pendidikan. Pendidikan saat ini lebih ke pendidikan liberal, sekarang ada kurikulum merdeka, yang membebaskan masuknya pemahaman asing dan memblurkan ajaran Islam ke kalangan pelajar, agar jauh dari ajaran Islam. Segi politik. Untuk mengurusi umat atau rakyat, semaunya terserah para pemangku jabatan, tapi kenyataannya, selalu menimbulkan perselisihan, pertengkaran dan perseteruan. Perebutan kekuasaan pun sering terjadi. Perusahaan lebih berkuasa dari penguasa. Begitu semrawutnya kehidupan saat ini.
Islam Solusi Bangkitnga Negara
Berbeda dengan sistem Islam, yang semua pelaturan mengambil dari aturan Allah SWT. Pengambilan hukum diambil dari Al Qur’an dan as Sunnah, pengambilan hukum yang lain dari ijma sahabat. Tolok ukurnya haram dan haram. Manusia berjalan di atas pelaturan yang maha pengatur yaitu sang Pencipta alam semesta dan kehidupan, yaitu Allah SWT. Mari kembali pada aturan Islam yang pernah berjaya selama berabad-abad. Kembali melanjutkan kehidupan Islam. Kembali membangun peradaban Islam yang cemerlang pada masanya.
Karawang, 1 Januari 2023
Reni Tresnawati (Pegiat Literasi)