Menjaga Kesehatan Mental Keluarga Muslim

Menjaga Kesehatan Mental Keluarga Muslim

Pembukaan dipaparkan pemandu acara:

Masalah kehidupan saat ini yang semakin kompleks, seperti benang kusut yang sulit dicari ujungnya. Seringkali memunculkan kegelisahan dan keputusasaan. Kemudian tidak sedikit masyarakat yang akhirnya mengalami kagetiran hidup dan diantara mereka banyak yang stres dan juga gila, bahkan tidak sedikit yang mengambil jalan pintas dengan cara bunuh diri, hal ini diperparah dengan sistem sosial yang terkenal dengan aroma individualis, membuat hubungan masyarakat gersang, jauh dari atmosfir keimanan. Di sisi lain makin teredukasi peran negara dalam mengurusi rakyatnya, siapapun harus berjibaku untuk bertahan hidup, lantas bagaimana agar keluarga bisa menumbuhkan imunitas personal supaya mempertahankan kesehatan mereka dan bagaimana peran sistem sebagai perisai bagi rakyatnya segala penyakit sosial.

Ustazah, sebelum memulai materi yang akan disampaikan, diawali dengan rasa syukur kepada Allah bahwa saat ini masih diberi kesempatan menghirup udara di dalam kehidupan ini, memperbaiki amal, memperbaiki hubungan diri dengan Allah SWT, dan kesempatan ini juga merupakan kesempatan untuk memantaskan diri, bisa memasuki surganya Allah SWT. Bersyukurnya kita atas kesehatan yang Allah berikan kepada kita pada saat saudara-saudara yang lain mendambakan kesehatan. Kesehatan ini yang memang sangat berharga. Mungkin untuk orang yang sehat tidak terlalu terasa nikmatnya sehat itu, tapi untuk orang yang sakit itu benar-benar didambakan.
Kemudian ustadzah melanjutkan pemaparan materi inti, yaitu Menjaga kesehatan Mental Keluarga Muslim berikut ini:

Apabila berbicara tentang kesehatan, maka Rasulullah pernah menyampaikan sebuah hadist di dalam sabdanya beliau, ” ada dua nikmat yang biasanya manusia itu tertipu yang salah satunya asyifahu ” kesehatan ” dan kedua Al qorabu “waktu yang senggang” salah satu yang disampaikan Rasulullah adalah kenikmatan sehat. Namun, kenikmatan sehat ini seringkali menipu manusia dan itu yang sangat nyata dan kita rasakan. Terkadang kita sering terlupakan, bahwa kesehatan yang Allah berikan kepada kita justru selalu melupakan tujuan hidup kita di dunia, kita sama-sama tahu bahwa yang namanya kesehatan itu aset mahal. Misalnya, untuk kita nafas itu berapa satu oksigen dalam satu hari, satu tabung kan. Jika dua hari dua tabung, berapa yang harus dikeluarkan dikali umur kita? Berapa ratus juta atau berapa ratus milyar yang harus kita keluarkan. Sangat mahal sekali kesehatan itu. Dari para hukamu mengatakan kesehatan itu mahkota yang ada di atas kepalanya orang yang sehat. Diibaratkan kesehatan itu mahkota orang-orang sehat, tidak ada yang dapat melihatnya, kecuali orang yang sakit, tapi mereka hanya bisa melihatnya saja. Si mahkota tidak bisa digunakan bagi orang yang sakit. Kesehatan itu adalah aset yang sangat mahal.

Berbicara tentang kesehatan, bukan hanya kesehatan fisik, tetapi ada juga kesehatan mental. Kesehatan mental ini yang lebih penting, karena harus dijaga keluarga khususnya. Karena kalau mental dalam keadaan buruk, pasti aktivitas tidak akan normal, apalagi nanti bisa menimbulkan stres yang berkelanjutan, kalau sudah stres bagaimana seseorang bisa bekerja dengan baik, bahkan hubungan dalam keluarga juga akan sulit memunculkan hubungan yang harmonis. Kalau salah satu keluarganya sudah ada yang mengidap penyakit stress yang mentalnya sudah tidak sehat lagi, jadi ini akan berdampak luas yang secara mental sudah berdampak sakit, bukan hanya di keluarga tapi di tengah-tengah masyarakat. Tetapi, sayangnya justru kita berada di tengah-tengah kondisi di kehidupan masyarakat secara fisik maupun mental itu sulit mengatakan bahwa individu dan masyarakat kita sedang baik-baik saja. Jadi kita tidak bisa menafikan realita sosial yang ada di tengah-tengah kita hari ini, memang sudah mengindikasikan bahwa individu dan masyarakat hari ini sedang sakit, baik secara fisik maupun secara mental.

Lihat saja setiap rumah sakit (RS) penuh terus, buktinya banyak yang sakit secara fisik. Di rumah sakit umum tidak mungkin sakit mental semua, karena itu rumah sakit buat orang yang sakit fisik bukan rumah sakit buat yang sakit mental. Yang sakit kebanyakan sakit parah, makanya banyak yang rela antri. Begitu juga di sisi pengidap penyakit mental, dari data yang ada di beberapa daerah, justru yang sakit jiwa, yang stres bahkan sampai yang bunuh diri, itu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sekarang tidak sulit menemukan orang sakit jiwa di jalan, juga orang stres. Stres itu mendekati sakit jiwa, tapi kalau sakit jiwa itu sudah hilang kesadaran, sementara stres masih sadar tapi kadang suka hilang kendali, juga ada lagi yang mengakhiri hidupnya (bunuh diri). Angka bunuh diri semakin meningkat, bunuh diri itu bukan karena orang iseng tapi dia sudah tidak sanggup menghadapi fakta kehidupan yang harus dilalui, jadilah stres, mentalnya rapuh akhirnya mengakhiri hidupnya. Peningkatan yang terganggu mental ini, baik ditahap stres, gila bahkan bunuh diri, yang sekarang marak, tentu ada pemicunya.
Mendiagnosa apa yang menjadi penyebabnya, haruslah membangun sudut pandang dan mencari akar masalah dari realitas yang ada, agar kita bisa mendiagnosa secara benar. Diagnosa dari sakit masyarakat sekarang.

Berbicara wabil khusus dari sakit mental. Untuk mendiagnosa kehidupan masyarakat saat ini yang semakin menggetirkan, terutama dibagian sakit mental. Ada dua hal yang perlu dipertanyakan. Pertama, dimulai dari fakta sistem kehidupannya. Kedua sejauh mana pemahaman personal tentang kehidupan itu sendiri. Dari dua hal inilah kita bisa mendiagnosa masyarakat, dari sistem kehidupannya dan dari pemahaman personalnya. Dari personalnya, dia bisa membangun imunitas dirinya di dalam menjalin kehidupan, ketika dia memiliki kesadaran penuh tentang hakikat kehidupan yang dia jalani, jadi misalkan kalau seseorang yang memiliki pemahaman yang benar terkait dengan makna kehidupan ini, in syaa Allah dia akan bisa membangun imunitas dirinya pada saat menjalani kehidupan, kenapa? Karena dia akan melihat semua onak dan duri di semua kehidupannya itu merupakan ujian yang Allah berikan. Di sinilah pentingnya mempertebal iman. Iman itu nanti mewujudkan mafhum dari keyakinan, dari keyakinan itu muncul pemahaman-pemahaman mengenai makna kehidupan, sehingga seterjal apapun hidup yang harus dijalani, dia akan bisa melaluinya. Secara sistem maka ini membutuhkan sistem yang juga akan bisa membangun imunitas mental masyarakat.
Apabila sekarang berada dalam sekuler Kapitalisme. Sistem ini menetapkan standar penerapan hidup hanya materi saja. Ini tentu ditopang juga dalam bisnis kapitalis, sehingga akhirnya masyarakat hari ini sulit untuk membedakan mana kebutuhan, mana keinginan. Kadang kala yang diinginkan itu dianggap sebagai sebuah kebutuhan, kenapa? Karena keinginan yang mendatangkan kebahagiaan menjadi standar kebahagiaan berupa materi. Maka akan sulit membedakan mana keinginan mana kebutuhan, sehingga pada saat keinginan itu tidak tercapai maka tidak bahagia, akan tertekan. Nah itulah yang memunculkan akhirnya penyakit mental, belum lagi di sisi lain peran negara hanya sebagai regulator, tidak bertanggungjawab penuh dalam kepengurusan rakyat, rakyat dibiarkan saja berjibaku untuk bertahan hidup, yang bisa hidup di sistem ini hanya orang-orang kuat yang mampu bertahan, orang-orang lemah tidak akan mampu bertahan hidup. Sehingga berbagai permasalahan hidup di tengah-tengah masyarakat ini akan sulit terselesaikan, akhirnya bisa diselesaikan melalui sistem yang ada saat ini yaitu sistem sekuler Kapitalisme. Ditambah lagi turunan dari sistem ini. Ada sistem ekonominya yang liberal. Ini akan menjadi monster dengan keluarnya kebijakan yang justru itu akan menyulitkan kodisi ekonomi masyarakat, belum lagi ditambah dengan sistem sosial yang individualis, akhirnya tidak ada lagi atmosfer keimanan di tengah-tengah masyarakat, paling saling keluh kesah untuk menjadi penenang saja, tapi itu akan disesuaikan dengan daya tahan diri dalam keimanan masing-masing personalnya, kalau daya tahan keimanan dalam dirinya kuat pasti akan bisa menghadapinya. Apabila daya tahan keimanan dalam dirinya lemah, siap-siap untuk tereleminasi dari kehidupan.
Solusi untuk masalah tetap bertahan hidup dengan keimanan yang kuat, ini merupakan linieritas (kesesuaian antara pemahaman individu dan sistem yang melengkapi kehidupan), ini yang harus diperbaiki pada saat kita ingin memperbaiki atau membangun imunitas baik di individu, keluarga atau masyarakat. Tentu untuk membangun imunitas ini dilihat dari dua sisi. Untuk mewujudkan langkah-langkah itu harus melalui yang bersifat propertif dan solutif. Untuk menumbuhkan langkah imunitas individu ataupun keluarga. Pada dua pemahaman personal dan sistem. Maka di dalam keluarga juga harus dibangun personal anggota keluarga. Di dalam Islam takwa itu yang menjadi kunci sebenarnya. Ketakwaan itu yang akhirnya memunculkan imun d dalam anggota keluarganya. Sehingga keluarganya ini akan sehat. Karena ketika menghadapi atau menyikapi berbagai persoalan yang dihadapi, maka akan didasari dari kaca mata Islam, standar menyelesaikan perbuatannya adalah syariat Allah. Maka dengan pemahaman takwanya hanya takut kepada Allah saja, tidak takut kepada yang lain. Tidak takut kepada kemiskinan, tidak takut kekurangan harta, tidak takut dengan kesulitan. Karena orang yang takwa akan memahami bahwa kehidupan ini, Allah sudah jadikan dua ranah atau area, yaitu ranah yang dijalani manusia, dan ranah dimana manusia mengupayakan kasb ikhtiar. Ada ranah atau area dimana manusia tidak diberikan hak untuk ikhtiar, manusia hanya menerima saja. Manusia hanya dipaksa untuk menerimanya oleh Allah. Maka disitulah ada yang namanya keridhaan. Keridhaan terhadap qodlo Allah.

Qodla Allah adalah ketetapan yang Allah berikan kepada manusia, sehingga manusia tidak memiliki hak untuk menolak. Misalkan, semua orang ingin kaya, tidak ada yang tidak mau miskin. Tapi ketika Allah berkehendak untuk memiskinkannya, maka tidak ada orang yang mampu mengkayakannya, walaupun di sisi ikhtiarnya dia akan terus berupaya untuk bisa makan, dia melakukannya karena Allah yang perintahkan, adapun dia berhasil atau tidak itu berada di ranah yang bukan di ranah ikhtiar yang dia usahakan. Dia harus menerimanya dengan qodlo (ketetapan) Allah dengan hati yang sepenuh hati dan itu lah yang akan memberi keridhaan untuk dia. Keridhaan ini lah yang mendatangkan ketenangan, sehingga tidak akan stres dengan permasalahan yang ada. Apalagi dengan keimanan yang dimilikinya, bahwa Allah tidak akan melimpahkan ujian bagi manusia diluar kemampuannya. Itulah yang diyakini oleh orang yang beriman kepada Allah. Ini justru yang memunculkan imunitas di dalam diri individu-individu kaum muslimin. Tetapi keberadaan individu yang membangun imunitas ini tidak akan aman selamanya kalau tidak ditopang dengan sistem kehidupan yang baik, karena nanti kalau sistem kehidupan ini tidak mendukung, tidak mengkondisikan, tidak bisa jadi di titik tertentu. Si individu ini akhirnya goyah. Misalkan, dia tahun bahwa riba itu haram, tapi di satu sisi titik akhirnya tidak akan bisa lagi menghindari yang namanya riba. Ini lah sistem yang dimana akhirnya dia menerima atau melakukannya, butuh yang namanya sistem kehidupan yang menopang, yang menguatkan imunitas yang dibangun secara personal itu, nanti masyarakatnya masyarakat Islam, negaranya Islam. Maka disitulah imunitas betul-betul imunitas dibangun, baik itu ranahnya individu, ranahnya keluarga, maupun ranahnya masyarakat bahkan ranahnya negara.

Sistem ekonomi misalkan, sistem ekonomi yang dibangun di dalam atau di bawah standar Islam atau di dalam sistem Islam maka sistem ekonomi yang betul-betul membawa kesejahteraan buat masyarakat, membawa ketenangan buat masyarakat, karena orang-orang baik yang dia itu punya kekuatan secara fisik ataupun tidak mempunyai kekuatan secara fisik, maka dia akan bisa mendapatkan jaminan atau terpenuhinya kebutuhan pokok. Orang yang fisiknya masih bagus maka negara yang secara langsung menyediakan lapangan pekerjaan supaya orang itu bisa bekerja dan dia bisa menghidupi diri dan keluarganya. Orang-orang yang secara fisiknya sudah tidak mampu bekerja, maka negara yang akan menanggungnya dari Baitul mal. Sistem secara ini yang Ekonominya kuat, di sosialnya kuat, tidak saling pamer kekayaan yang dimiliki, apalagi di masyarakat yang serba kekurangan. Ini membawa ketenangan tertentu di tengah-tengah masyarakat, belum lagi bila misalnya ada orang yang melakukan gangguan yang akhirnya nanti memunculkan terhadap gangguan imun di tengah masyarakat, negara pun akan memberi hukuman yang setimpal. Misalkan, ada orang yang menghina atau mengganggu secara kehormatan seseorang itu juga ada hukuman tertentu yang diberlakukan negara, kan sekarang kalau ada orang dihina atau dibully, penghinaan atau pembulyan itu memunculkan gangguan mental baik itu ringan atau berat. Dalam Islam, sudah ada antisipasi di awal. Hukum menghina atau membully dengan kata-kata, boleh dibalas dengan kata-kata lagi atau bisa dilaporkan saja, kalau sekarang penyebaran nama baik dan akan ditindak sesuai hukum Islam. Begitu juga di hal-hal lain. Seperti, dalam sosial, ekonomi, politik, akan ditindak sesuai hukum Islam karena standarnya berdasarkan syariat Islam. Jikalau begitu maka akan memperkuat imun keluarga. Beda sama yang di sistem hari ini, karena negaranya tidak berperan untuk mengurus rakyatnya, yang ada malah rakyat harus berjibaku sendiri kalau ada masalah, ujung-ujungnya banyak yang bunuh diri sebab tidak mendapatkan penyelesaian. Hari ini banyak yang pinjaman online karena sudah dibuka kran pinjamanannya oleh negara. Makanya masyarakat sudah terjerat oleh pinjol. Kalau dalam Islam, pinjol itu dilarang karena ada ribanya. Karena misalkan masih ada hutang dipinjol, negara akan bertindak tegas. Negara akan membayar pinjaman itu, tapi yang dibayar hanya pokoknya saja. Karena di Islam tidak ada bunga atau tambahan dalam sebuah pinjaman. Kalau tidak mampu membayar negara akan mengambil dari harta zakat yang masuk ke dalam golongan gorimin(yang punya utang). Hal itu diselesaikan oleh negara, itu yang benar-benar tidak mampu untuk membayar utang dengan demikian maka akan mendatangkan ketenangan, tidak ada yang stres gara-gara dikejar-kejar pinjol atau penagih utang dll. Begitu juga dengan kesehatan mental, untuk menyelesaikannya harus dimunculkan imunitas ditengah masyarakat. Imunitas ini harus dibangun kepada dua hal yaitu pemahaman individu yang memunculkan ketakwaan dan sistem yang diterapkan. Ini solusi dalam menghantarkan pada terjaganya kesehatan mental ditengah-tengah keluarga dan ditengah-tengah masyarakat secara umum. Wallahu alam bishowab.

Resume dari radio DSK yang disampaikan ustadzah umi Hamzah
Tanggal 15 Nopember 2024/13 Jumadil awal

Penulis: Reni Tresnawati

0 0 votes
Rating
Subscribe
Notify of
3 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar
Rekomendasi
ini tes untuk bagi hasil djeje

ini tes untuk bagi hasil djeje

/
Kamu terlihat duduk sendiri di bawah pohon rindang yang ada di taman sekolah, dan sengaja ...
BLITZSCALING

BLITZSCALING

/
Pernahkah Anda melihat perusahaan yang sangat sukses dan bertanya-tanya, “Bagaimana hal itu bisa berkembang begitu ...
Islam Perisai Hakiki: Melindungi dan Menyejahterakan Perempuan dan Genersi

Islam Perisai Hakiki: Melindungi dan Menyejahterakan Perempuan dan Genersi

/
" Dari Abu Hurai'rah ra, " Dahulu Bani Isra'il di pimpin oleh para nabi. Setiap ...
BUMI INI TERLALU RUMIT JIKA HARUS KAMU YANG PAHIT

BUMI INI TERLALU RUMIT JIKA HARUS KAMU YANG PAHIT

/
Novel ini terbit pada 2022 dengan judul Bumi Ini Terlalu Rumit Jika Harus Kamu Yang ...