Awal mulanya sejarah sistem ISBN muncul di Britania Raya pada tahun 1966 oleh seorang pedagang buku dan alat tulis yang bernama W H Smith. Sebelumnya ISBN disebut Standard Book Numbering atau SBN dan digunakan hingga tahun 1974.
Dari dulu ternyata ISBN dipergunakan untuk memudahkan untuk mendata dan mengindeks koleksi buku cetak.
Ya, kita tahu sendiri ketika buku berkumpul, pasti akan pusing mencarinya. Jika ada 800.000 buku, kita mencari secara manual, akan memakan berapa lama coba? Pasti berjam-jam atau mungkin berhari-hari, belum nemu bukunya, sudah habis kesabaran dulu.
Maka dari itu, Smith memperkenalkan istilah ISBN ini untuk memudahkan dalam pencarian buku. Jadi, Smith dahulunya pengoleksi buku asal Inggris. Dimana buku tersebut sudah diarsip dan dicatat ke system komputer.
Dari system komputer inilah, dari modal angka atau kode tersebut, buku akan lebih cepat ditemukan hanya sekali tekan lewat komputer. Maka komputer akan menunjukan rak bagian mana buku tersebut di simpan.
Kelihatannya sepele, tetapi ISBN ini sangat bermanfaat bagi pustakawan hingga saat ini loh. Satu hal penting lagi, dulu belum ISBN namannya. Di tahun 1966 memperkenalkan dengan istilah Standard Book Numbering (SBN), baru seiring berjalannya waktu, hingga saat ini kita mengenalnya dengan istilah ISBN.
Meskipun hanya sederet symbol angka, ternyata penggunaan ISBN juga tidak boleh sembarangan digunakan loh. Karena ada kode etik dan aturannya. Setiap Negara pun memiliki caranya berbeda. Ada ISBN yang menerapkan secara internasional (di Inggris) dan Nasional (Jakarta).
Hingga akhirnya standar internasional untuk buku-buku terbitan mengadopsi sistem ini. Ada juga sistem identikasi serupa yang disebut ISSN atau International Standard Serial Number.
Sementara ISBN digunakan untuk buku, ISSN ini digunakan untuk publikasi dalam periode tertentu seperti majalah. Lantas, apasih fungsi ISBN sebenarnya khususnya bagi penerbit? Berikut ini ulasannya.