Semua Ada Waktunya
Diya Nadiyati Maulida Hoerunisa
@diyanadiyati2331
Manusia dilahirkan ke dunia ini dengan takdirnya masing-masing. Sebelum manusia itu lahir, maka Allah telah mengatur segalanya dengan sempurna tanpa kita ketahui. Allah menciptakan manusia itu berbeda-beda dan Allah pun memberikan kekurangan serta kelebihan pada setiap makhluk yang diciptakan-Nya. Akal, pikiran, fisik, dan semuanya telah Allah berikan dalam porsi masing-masing manusia.
Dihadapan Allah semua manusia itu sama derajatnya, yang membedakan hanyalah keimanannya. Allah akan menaikkan derajat sedikit lebih tinggi dihadapan Allah kepada orang-orang yang beriman daripada orang yang durhaka kepada Allah, seperti dalam firman-Nya:
﴾ أُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا ۚ لَّهُمْ دَرَجَاتٌ عِندَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٤
“ Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfaal: 4).
Adapun perbedaan keutamaan dan posisi di sisi Allah, maka tidak dihalalkan seorang pun berani mengatakan hal itu. Karena hal itu termasuk perkara gaib yang Allah tidak perlihatkan kepada orang yang diberi keutamaan. Sehingga perkara itu diserahkan kepada (Allah) yang paling mengetahui terhadap makhluknya. Dia yang paling tahu akan keikhlasan dan kejujuran makhluk. Dan Dia pula yang lebih mengetahui siapa yang paling dekat dengan-Nya.
Tak jarang kita mendengar seseorang atau bahkan kita sendiri dibanding-bandingkan dengan orang lain. Biasanya atasan, teman, guru, dosen, kerabat dekat, bahkan orang tua kita sendiri membanding-bandingkan kita dengan yang lainnya. Kadang merasa minder, malu, sakit hati dan berbagai macam perasaan negatif dalam diri kita.
Perasaan campur aduk itu pun selalu menjadi beban dalam hati dan pikiran kita. Padahal kita tahu bahwa setiap orang itu dilahirkan mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan sedikitnya ada dalam diri kita rasa percaya diri, namun terkadang lingkungan bahkan orang-orang terdekat membuat diri ini semakin insecure, yang pada akhirnya kita sering dilanda kecemasan dan dihantui rasa takut berlebihan.
Terkadang hampir semua orang pasti pernah membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain. Sikap ini kadang kala dapat membangkitkan semangat untuk mempelajari banyak hal. Selain itu, sikap ini juga dapat menyadarkan segala kekurangan yang dimiliki sehingga memicu diri untuk memperbaikinya dan menjadi lebih baik.
Namun, jika kita membandingkan diri dengan orang lain dengan cara yang salah, maka kita akan terbawa oleh arus yang salah. Bukankah ukuran sepatu kita dengan orang lain itu berbeda? Jika ukuran sepatu kita kebesaran maka kita akan merasa kelonggaran ataupun sebaliknya jika ukuran sepatu itu kekecilan maka kita tidak bisa berjalan sama sekali karena merasa sempit dan kesakitan.
Begitulah kira-kira tentang sebuah gambaran perbandingan yang terlihat nyata dihadapan kita. Terkadang selalu ada usaha besar yang dilakukan untuk menonjolkan sebuah jati diri.
Kebiasaan membandingkan ini dapat memicu perasaan iri yang dapat menurunkan rasa percaya diri, menghambat potensi diri, membuat murung, memicu quarter life crisis, dan menimbulkan perasaan tidak berharga atau menyalahkan diri sendiri.
Maka dari itu, berhentilah untuk tidak membandingkan apa yang kita miliki dengan milik orang lain. Berhentilah untuk tidak membandingkan kehidupan yang kita jalani dengan kehidupan orang lain. Bukankah bunga aitu tumbuh dan mekar tidak dalam waktu yang bersamaan.
Setiap perjalanan, langkah demi langkah, rencana demi rencana pasti akan selalu ada waktunya. Maka tak perlu kita membandingkan bagaimana proses itu berjalan dan bisa digapai. Cukuplah belajar, berusaha, dan jangan lupa untuk terus berdoa agar semua itu selalu ada dalam keberkahan dan keridhoan dari-Nya.
Hidup kita semuanya adalah ujian dan cobaan dari sang Khaliq, miskin dan kaya, susah atau senang, bahkan siang dan malam. Semua itu adalah ujian, tapi perlu diingat bahwa Allah menguji kita sesuai dengan kemampuan kita.
Kita hidup di dunia ini adalah ladang akhirat, dan selama kita masih hidup di dunia ini, Allah pasti akan menguji kita untuk menilai sekuat apa iman kita dan seberapa tingginya derajat kita di sisi Allah. Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 286 :
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Artinya : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.
Dari ayat di atas dapat kita pahami bahwa Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dan ini merupakan janji Allah, jadi sesungguhnya tidak mungkin Allah membebani kita dengan ujian yang tidak kita sanggup.
Kemudian Allah akan memberikan pahala kebaikan jika seseorang yang sedang diuji tersebut bersabar dan melakukan kebaikan dan mencari jalan keluar dengan cara yang diridhai Allah, dan sebaliknya Allah akan memberikan dosa jika ia tidak bersabar dan mencari jalan keluar dengan cara yang tidak diridhai Allah.
Ingat manusia tidak ada yang sempurna. Manusia mempunyai pengetahuan dan penglihatan serta olah pikir yang terbatas. Baik/benar menurut kita belum tentu baik/benar menurut orang lain. Jadi tugas kita saat ini hanyalah teruslah bermuhasabah, mengevaluasi diri kita. Jika dalam diri kita terdapat banyak kelebihan, maka jadikan itu sebagai pertahanan kualitas diri kita serta bagaimana kita mengolahnya dengan baik. Sedangkan jika dalam diri kita banyak sekali kekurangan, maka jadikan itu sebagai motivasi untuk terus memperbaiki diri, karena sejatinya manusia itu tidak ada yang sempurna, namun kita dituntut sempurna untuk terus belajar memperbaiki kualitas diri kita.
Selain itu, jalani, nikmati, syukuri, dan hadapi perjalanan kehidupan ini dengan sebaik mungkin, karena yang namanya roda kehidupan itu pasti berputar. Jadi berhenti untuk membandingkan, karena semua itu ada waktunya. Seperti halnya perbandingan antara matahari dan bulan, mereka bersinar saat waktunya tiba.
Semua Ada Waktunya
Subscribe
Login
0 Comments
Oldest