Rembulan

Pemesanan buku

3D Book

Shopee

Tokopedia

Whatsapp

Sinopsis
Gadis yang baru saja menginjak masa jenjang menengah kejuruan, tiba-tiba dihadapkan dengan berbagai masalah kerumitan cinta dan peneroran yang sering terjadi di sekitarnya. Namun, beruntung, para sahabatnya dan juga keluarga serta seorang tentara yang sangat menyebalkan namun sangat berarti dalam hidupnya menjadi kisah yang sangat amat berarti dihidupnya. "Adhis sayang sama kapten." Rembulan Adhisti. "Saya sayang sama kamu, adhis" Letnan dua Rangga Gunadharma.

PINJAM BUKU

Baca buku harian mulai dari SERIBU RUPIAH sudah bisa baca dan nikmati fitur 3D Book

Chapter 1

Indahnya pagi ini. Udara segar nan sejuk mengelilingi kota Surabaya. Embun yang masih menempel lekat dengan dedaunan menjadi salah satu kesejukan udara disana.

06.30

Pagi ini, Rembulan mulai memasuki sekolah menengah kejuruan. Awal baru dengan lembaran baru. Dirinya tak pernah menyangka jika dirinya sudah menjadi dewasa pada saat ini. Padahal, baru kemarin dirinya digendong dan bermain air bersama orang tuanya.

Gadis berjilbab putih dengan tas berwarna oranye dan lengkap dengan jaket navy, seperti pelangi berjalan. Serba warna-warni. Namun ia nampak begitu luwes mengenakan itu semua. Sepatu pantofel mengiringi langkahnya berjalan menuju halte yang berada dekat rumahnya. Tak lupa, ia mengenakan headset berwarna oranye, berhubung dirinya suka dengan musik. Warna oranye menjadi warna kesukaannya sekarang.

Sesekali, ia disapa tetangga yang menyapu ataupun sebagainya. Tak sengaja, ia bertemu mantan kekasihnya yang masih berstatus sebagai pelajar SMP Tunas Bangsa didekat rumahnya. Setelah berjalan sekitar 100 meter, ia sampai ke halte depan. Ia menunggu bus yang akan ia tumpangi.

Tak lama kemudian, ia mendapat bus yang menuju sekolahnya. Ia melambaikan tangannya ke arah bus itu. Bus itu berhenti tepat di depannya. Sang kernet itu pun tersenyum genit ke arah Rembulan, namun ia balas dengan tatapan biasa saja.

Ia duduk di bangku dekat pintu, disampingnya ada ibu-ibu yang membawa berbagai macam sayuran untuk dijual ke pasar. Tak lupa dengan para remaja yang berseragam SMA ataupun SMP ada didalam bus itu.

Sumpah, rasanya mau mual gue!” Batin Rembulan dengan menutup pangkal hidungnya dengan telunjuk dan ibu jari yang ia jepitkan.

“Dek, turun mana?” Tanya sang kernet bus itu dengan menatap Rembulan dari bawah sampai atas.

“SMK Adiwangsa” singkatnya, untung saja ia mendengar walaupun memakai headset.

Brukh!!

Tak sengaja karung kubis yang ada disampingnya mengenai dirinya saat laki-laki yang melewatinya tak sengaja menubruk karung itu.

Sabar” gumamnya dalam hati, walaupun ia setengah emosi dengan keadaan sekitarnya.

Sekian lamanya perjalanan, ia sampai ke depan gedung SMK Adiwangsa. Sekolah yang sangat terkenal di kota Surabaya. Ia mulai berjalan ke gerbang SMK itu dengan cuek. Itulah prinsipnya, disapa ya senyum, ngga disapa ya cuek.

Ia memasukkan tangannya ke saku jaketnya. Headset yang masih berada di telinganya pun tak membuat penampilan seorang Rembulan Adhisti kehilangan aura sinisnya.

“Rembulan!!” Panggil seseorang di belakang Rembulan.

Rembulan masih berjalan maju, ia tak mendengar bahwa orang lain tengah memanggilnya. Karena efek headset yang ia kenakan dan musik dengan volume yang sedang, namun memenuhi telinganya.

Orang itu berlari ke arah Rembulan dengan wajah sedikit ditekuk.

“Rembulan!” Panggil gadis itu dan menepuk bahu Rembulan, hingga ia terkejut karena ulah gadis itu.

Ia menatap orang itu datar dan melepas headset itu dari telinganya dan memasukkan ke dalam saku jaketnya.

“Hehe maap deh” kekeh gadis berjilbab itu. Rembulan mendengus kesal.

“Hari ini MPLS, kira kira ngapain ya?” Tanya gadis itu yang bernama Kartika Candra Kirana.

“Gatau” singkat Rembulan. Tika diam dan mengikuti jalannya Rembulan.

Mereka berjalan beriringan menuju kursi yang ada disekitar sana. “Tik, kabarin Gayung, Pram, sama Mifta” ucap Rembulan dan duduk di bangku diikuti oleh Tika.

Tika mengambil ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana.

Adiwangsa Gangster

Tika

Posdim slurr?

Gayung

Parkiran, sini ada Pram sama Mifta.

 

Tika pun hanya membaca pesan itu tanpa ada niat untuk membalasnya. Tika memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya dan berdiri.

“Yuk lan, mereka ada diparkiran, ada Pram sama Mifta juga” ucap Tika yang diangguki Bulan.

Walaupun mereka baru pertama kali masuk ke dalam SMK, ia sudah mempunyai geng sebelumnya. Ya, semua itu ide dari seorang Mifta, manusia gesrek.

Hanya mereka berlima lah yang satu jurusan, dan mereka harap, mereka dapat satu kelas pada waktu pembagian kelas.

“Gayung!!!” Teriak Bulan yang melihat Gayung. Nama aslinya Galuh, namun mereka memilih memanggil gayung karena alasan Galuh terlalu sulit dipanggil jika hanya nama belakangnya saja.

Sedangkan yang dipanggil hanya menengok diikuti keduanya. Pramudya Alfatah dan Mifta Faris.

Mereka mendekati 3 laki-laki itu. Rembulan langsung tersenyum lebar melihat ketiga orang itu. Laki-laki yang senantiasa menghiburnya dikala ia merasa sendiri ditengah keramaian. Termasuk Tika.

“Udah lama?” Seketika ia melupakan sikap cueknya jika bertemu tiga orang itu. Tika hanya duduk di jok motor melihat tingkah Rembulan yang kembali ceria.

Galuh yang biasa menggoda Rembulan pun mengeluarkan jurus andalannya.

“Lama, apa lagi nunggu kepastian dari Lo” cengir Galuh. Sementara Tika, Pram dan Mifta hanya menggeleng gelengkan kepalanya melihat tingkah keduanya.

“Gilaa, udah punya pacar main embat yang bening bening mulu” celetuk Pram jengah.

“Bening bening, Lo pikir kaca!” Ketus Rembulan yang tak mau dikatakan bening.

Mifta serta Tika hanya terkikik mendengar jawaban dari Rembulan yang sedikit polos. Sedangkan Pram hanya memasang wajah cengonya tak percaya.

“Untung anak orang, kalo anak gajah gue sembelih!” Gumam Pram dengan wajah datar yang tersirat nada kesal.

 

***

 

08.35

Semua siswa dan siswi peserta didik baru dikumpulkan disebuah ruangan yang cukup besar. 200 siswa lebih berkumpul menjadi satu disana.

“Sesuai dengan jadwal hari Senin, dan hari ini. Siswa baru SMK Adiwangsa diwajibkan mengikuti MPLS atau masa pengenalan lingkungan sekolah. Siswa akan mengikuti MPLS selama 5 hari, dimana hari ini terjadwal acara keliling sekolah, acara hari Selasa terjadwal acara pengenalan penghargaan sekolah, hari Rabu terjadwal pengenalan ekstrakulikuler, 3 hari tersebut kalian akan dipandu oleh kakak OSIS dari SMK ini, hari Kamis pengenalan kejuruan dan pada hari Kamis, setiap kejuruan akan dipandu dengan kakak kelas setiap jurusan, selanjutnya di hari Jumat terjadwal acara Pramuka yang tidak lain adalah mencari jejak dan di pandu oleh tentara dari Jakarta. Dan kami selaku OSIS meminta kerja sama dari kalian semua” jelas salah satu OSIS di hadapan 200 siswa dengan tegasnya.

“Cerewet amat ya tik” gumam Bulan dengan Tika. Sementara Tika hanya terkikik pelan mendengar ucapan Bulan.

Mereka kembali fokus kepada penjelasan OSIS yang diberikan kepada mereka.

Sekian lama mendengar sambutan dari kepala sekolah, ketua OSIS dan kakak disetiap jurusannya, mereka mulai berkeliling sekolahan.

Rembulan sangat kesal dengan Ketua OSIS judes itu. Pasalnya ia dipisahkan dari Tika, Pram, dan Mifta. Sementara ia hanya dengan Galuh super nyebelin itu.”Kenapa muka ditekuk gitu?” Tanya Galuh yang melihat Rembulan murung.

Sekarang mereka berada di barisan paling belakang, dan sedikit memisahkan diri dari kelompitu. Biarlah, jika ia tak mendengarkan penjelasan dari orang itu. Sialnya lagi, yang memandu perjalanan mereka adalah ketua OSIS judes itu.

“Tuh ketos nyebelin!” Rembulan menunjuk ketua OSIS yang menjelaskan setiap ruangan itu dengan dagunya.

“Dipisahin segala sama Tika, Pram, sama Mifta!” Lanjutnya dengan kesal.

“Masih ada gue kali yan” balas Galuh dengan terkekeh.

Rembulan tak menjawab pernyataan yang dilontarkan oleh Galuh. Ia memilih mendengarkan lagu dengan headset kesayangannya.

Ia memasang pada satu sisi, dan sisi lainnya dibiarkan mendengar suara disekitar sana. Ia melihat langit yang nampak biru tanpa awan yang mengiringinya.

“Saya bilang fokus sama perjalananya, bukan dengerin musik paket headset” ucap seseorang dan menarik headset itu dari telinga Rembulan.

“Lo-” Rembulan menunjuk wajah itu dengan kesalnya. Amarahnya bertambah 2 kali lipat ketika melihat siapa yang ada didepannya. Bukan Galuh, namun ketua judes itu lah yang ada dihadapannya sekarang.

Ia menatap punggung Galuh dan rombongan yang mulai menjauh dari dirinya. Ia kembali menatap ketua OSIS itu tajam dan dingin.

“Gue yang dengerin, kenapa Lo yang repot” balas Rembulan datar.

“Saya cuma mau semua siswa baru yang ada dirombongan tau yang saya jelaskan” sorot dingin sang ketua OSIS itu tak merubah amarah Rembulan. Justru Rembulan malah menambah amarahnya.

“Peduli Lo?” Tanya Rembulan sinis.

“Peduli saya? Buat semua rombongan, saya ngga mau salah satu dari rombongan saya yang kesasar nantinya” jawab ketua OSIS itu sengit.

Rembulan pergi dari hadapan ketua OSIS itu. “Gayung!!!” Teriak Rembulan nyaring. Sementara Galuh hanya menengok ke arahnya dan memberikan cengiran khasnya.

“Kalo Lo ninggalin gue lagi, gue pites Lo!” Tekan Rembulan pada kata Pites.

“Sorry aja nih ya, gue ngga ada niatan buat ninggalin Lo, tapi ketos itu yang nyuruh gue duluan” balas Galuh dengan terkekeh.

Rembulan merotasi bola matanya malas. Ketos lagi ketos lagi.

Di sisi lain..

“Serasa jadi ratu nih” Mifta melirik Tika yang sedari tadi hanya menghela nafasnya terus menerus.

“Kan cuma lo sama gue yang dia kenal Mif” kekeh Pram.

Tika menatap Mifta tajam dan sinis. “Kan cuma Lo berdua yang akrab sama gue!!” Kesal Tika.

“Ya kan sama aja, apa jangan-jangan Lo anti sosial ya tik?!” Pram tertawa ketika melihat ekspresi wajah Tika yang kesal setengah mati. “Mulut Lo mau gue gorok Pram?” Tajam Tika dan memasang wajah datar.

“Dia kan kenalnya sama kita doang, ya lain mah hempas hempas Pram” lanjut Mifta dan mengiringi tawa Pram.

“Heh Miftahudin!! Kenalan gue banyak ya!!” Emosi Tika meluap dan darahnya meletup letup karena ia menjadi bahan bullyan dari kedua manusia itu.

“Andai Lo berdua ayam, udah gue sembelih!!” Pram dan Mifta hanya sok bergidik ngeri. “Kalian berdua duluan, ikuti rombongan” ucapan seseorang menghentikan tawa Pram dan Mifta.

Orang itu? Petugas keamanan sekolah yang memandu kelompok mereka.

Pram dan Mifta mengangguk. Ketika Tika ingin mengikuti Pram dan Mifta, pergelangan tangannya di tahan oleh orang itu.

Laki laki bername bordir Satria Garuda Mahardika itu menahan Tika. Tika menghempaskan tangan itu dengan kasar.

“Saya bilang fokus sama perjalananya, bukan sama yang lain” Satria berbicara dengan nada rendah dan dingin.

“Urusannya sama Lo?” Tanya Tika dengan satu alis yang diangkat dan wajah datar.

“Urusannya banyak sama saya” Satria menatap manik mata Tika dalam.

***

Setelah acara itu selesai, Tika dan Rembulan saling menceritakan apa yang ia dapat selama perjalanan. Bukan tau tentang setiap ruangan, namun hal yang menyebalkan. “Tau ngga sih lan, gue sebel banget sama ketua PKS itu!” Ucap Tika kesal.

“Emangnya kenapa?” Ia membuka air mineral dalam botol itu lalu menegak ya hingga setengah.

“Masa gue disuruh fokus sama penjelasannya dia yang ngga jelas coba “ Tika mendengus kesal. “Samaan dong” Rembulan menutup kembali air mineral itu.

“Lo?” Tika mengernyit bingung.

“Heem, sama tuh ketos” emosinya kembali tersulut kala mengingat ketua OSIS itu.

***

 

Setelah banyak sekali acara MPLS hari pertama, siswa diperbolehkan pulang untuk beristirahat. “Rembulan, gue pulang dulu ya” ucap tika yang diangguki Rembulan.

Seperti biasa, Rembulan pulang dengan menaiki bus seperti tadi pagi. Setelah menaiki bus, Rembulan duduk di bangku paling belakang sembari mendengarkan lagu dengan headsetnya.

Ketika Rembulan tengah asik mendengarkan lagu melalui headsetnya. Ia merasakan ada orang yang tengah menatapnya.

Rembulan menengok ke samping kanan. Orang itu langsung memalingkan wajahnya ke jendela, menghindari tatapan dari Rembulan.

Orang itu, memakai baju loreng khas tentara, lengkap dengan kepala gundul menjadikannya khas abdi negara.

Suasana bus sepi, hanya dirinya, orang itu, sang supir, dan kernet bus.

Cit..

Badan Rembulan terhuyung ke depan dan hampir saja jatuh dan bertemu dengan lantai bus yang panas karena mesin dibawahnya. Untung saja orang berbaju loreng itu sigap menangkap tubuhnya yang hampir jatuh.

Tatapan mereka saling bertemu, keduanya menelusuk setiap manik mata yang tertangkap dikedua bola mata mereka.

“Yang turun di jalan Mandraguna siap-siap ya” suara sang kernet bus itu memutuskan tatapan kedua manusia itu. Mereka membenarkan posisi agar tidak dilihat oleh sang supir dan kernet.

Padahal sang supir dan kernet itu sudah melihatnya, namun mereka hanya terkekeh. Maklum, masih masa remaja, pikir sang supir dan kernet itu.

Namun naas, ketika Rembulan membenarkan posisinya, jam yang melingkar ditangannya menyangkut pada benang di baju sang tentara itu.

Mereka berdua saling melepaskan tautan yang menyangkut itu. Tak sengaja, Rembulan melihat name tag tentara itu.

  1. Rangga Gunadarma.

***

MPLS hari kedua sekarang adalah pengenalan penghargaan. Dimana kelompok di hari sekarang, Sama dengan kelompok kemarin.

Lagi-lagi Rembulan harus terpisah oleh Tika. Dan yang membuatnya kesal, lagi-lagi ia dipandu oleh sang ketos judes itu lagi dan lagi.

“Kak, ini penghargaan apa ya?” Tanya salah satu siswi berambut pendek dengan baju pas dan rok selutut yang sangat membentuk lekuk tubuhnya.

“Ini penghargaan di acara kesehatan tahunan, dimana anggota ekstrakurikuler PMR dikirim di salah satu acara DDM atau donor darah militer, dan teknik serta cara yang benar memasang dan melepas jarum itu paling benar pada anggota PMR sekolah ini” jelas ketua OSIS itu. Namanya Arfan Kezio Ardanantha.

“Jadi penting ya, menghargai penghargaan sekolah, apa lagi menghargai orang yang sedang berbicara panjang lebar demi pengetahuan” lanjut Arfan dengan melirik Rembulan yang sibuk melihat ujung koridor dan memakai headset dengan warna berbeda. Pasalnya headset berwarna oranye itu hilang ketika ia turun dari bus yang kemarin ia tumpangi.

Tatapan semua siswa dan siswi jatuh kepada Rembulan yang cuek akan suasana yang mencekam itu. Galuh menyenggol lengan Rembulan, namun Rembulan tetap acuh.

“Lan, semua orang liatin lo!” Bisik Galuh kepadanya. Namun Rembulan tak menjawab. Ia tetap fokus pada ujung koridor dan mendengarkan lagunya dengan nikmat.

“Ohh, ada pertanyaan?” Perhatian kembali terpusat kepada ketua OSIS itu. Semuanya menggelengkan kepalanya.

“Jika tidak ada pertanyaan lagi, kita lanjutkan ke penghargaan selanjutnya” mereka berjalan ke penghargaan selanjutnya begitu pun Galuh dan Rembulan yang mengikuti rombongan.

Terlintas satu kenangan yang ada di pikiran Rembulan.

“Emm, gue sayang sama Lo, Lo sayang kan sama gue?”

Laki laki itu tersenyum kikuk. Sementara gadis itu tengah meremas buku paket yang ada didepannya.

“Iya, gue sayang kok sama Lo” ucapannya sukses membuat gadis itu tersenyum girang. Termasuk sahabat sahabat gadis itu.

Ucapan itu ada di dalam otaknya, sementara orang itu, sudah membuat luka dalam dihatinya.

Tak terasa, air matanya jatuh ke pipi halusnya. Matanya memanas seketika mengingat ucapan itu. Namun apa boleh buat? Semesta tak pernah mengizinkan luka lama terbuka kembali oleh orang yang sama.

Bahkan lubang yang dibuat oleh tikus tidak akan pernah dihuni oleh tikus lain, kecuali tikus itu sendiri.

Sama dengan lukanya. Luka itu tidak akan pernah terbuka lagi, selamanya. “Ehh Lan, Lo kenapa nangis?” Tanya Galuh yang menyadari Rembulan yang menangis.

Dengan cepat Rembulan menghapus air matanya. Ia menggeleng cepat agar Galuh tak mewawancarainya lebih lanjut.

“Pisah sama Tika sampe mewek gitu” Rembulan terkekeh sekaligus bernafas dengan lega mendengar ucapan Galuh.

“Engga lah, tadi gue kelilipan Yung” Rembulan menepuk lengan Galuh.

Galuh tersenyum.

“Bagus deh kalo kelilipan, bukan yang lain” batinnya.

***

Kali ini ia hanya diam dikamar sembari memainkan ponselnya. Beberapa kali ia melihat kenangan  manis disetiap fotonya bersama sang mantan kekasih.

Gamon ceritanya guyss

Foto pertama, ia tengah bersandar di bahu laki-laki itu. Dan laki-laki itu menatap kepalanya dengan teduh. Saat itu, setelah acara gladi bersih untuk acara PAT besok Senin. Ia sempatkan memotret dirinya dengan calon pacar.

Banyak sekali foto kebersamaan yang lain, yang mempunyai kenangan indah lainnya. Bahkan untuk menghapusnya dari galeri, ia enggan untuk menjalankan niat itu.

“Nduk, makan dulu yuk” ucap seseorang dengan lembutnya. Siapa lagi jika bukan bundanya. Terkadang bundanya suka memarahinya jika malas, namun disisi lain bundanya itu sering tertawa karena tingkahnya dan adiknya.

Rembulan mengangguk dan berjalan bersama bundanya. Ayahnya belum pulang, karena ayahnya akan pulang kerja pada jam 4, itu pun jika tidak ada kerja tambahan.

Keluarganya sederhana, ayahnya yang bekerja sebagai mandor bangunan, bundanya sebagai guru, kakaknya yang bekerja di restoran sebagai kasir. Dan dirinya? Harus sekolah dengan benar. Adiknya baru saja memulai awal yang baru, memasuki sekolah dasar di dekat rumahnya.

Jika difikir, rumahnya terletak di kompleks warga yang sangat baik, ya walaupun ada beberapa orang yang masih menyukai gosip. “Kakak belum pulang ya Bun?” Tanya Rembulan pada bundanya ketika ia duduk di meja makan. “Masuk jam 10 tadi, mungkin pulang habis isya”

“Oh iya, habis ini mandi terus sholat ashar” lanjut bundanya.

Rembulan mengangguk.

Setelah makan, ia langsung mandi seperti instruksi yang di ucapkan bundanya. Setelah rapi dan wangi, ia menunaikan ibadah sholat ashar. Rembulan sholat dengan sangat khusyuk dan khidmat. Selepas salam setelah sholat, ia berdoa kepada sang pencipta alam.

Kepadamu sang pencipta alam, aku meminta kepadamu agar semuanya dilancarkan dalam segala hal. Panjangkanlah umur orang tuaku, berikanlah rezeki yang halal dan barokah. Dan aku ingin meminta sesuatu kepadamu, hapuskan semua kenangan kenangan yang pernah aku lalui bersama dia, dan semoga hati ini bisa aku tutup rapat rapat agar tidak ada celah bagi orang yang berniat untuk menyakitiku.

Amin.

Batinnya.

Ia mengusap tangan yang berlapis mukena itu ke wajahnya yang sedikit basah oleh air wudhu.

***

MPLS hari ke tiga, dimana hari ini adalah pengenalan ekstrakurikuler. Tika dan Rembulan berada satu kelompok. Karena dirinya dan Tika akan berada pada satu ekstra. Yaitu PMR. “Lo ngga takut darah kan lan?” Tanya Tika ketika melihat Rembulan yang memejamkan matanya ketika melihat kantung darah di kotak obat.

Rembulan menggeleng lemah “Enggak takut, cuma ngilu aja kalo liat darah” ucapnya dengan meremas roknya. “Sama aja!” Tika memutar bola matanya malas.

“Ehh ada apa ini kok acara tutup mata segala?” Tanya seseorang menghampiri mereka. Laki-laki bername bordir Prada Arya Wiguna itu menghampiri mereka.

“Ini kak, si Rembulan ngilu liat darah” celetuk Tika yang mendapat cubitan keras di lengannya. “Awwssshh, kurang ajar Lo ya!” Bisik Tika.

“Yaudah yuk, yang lain aja kalo gitu” putus Arya dengan menggiring mereka berdua. “Arfan!” Panggil Arya. Orang yang dipanggil menengok ke sumber suara.

Rembulan membulatkan matanya ketika melihat siapa yang Arya panggil. Ketos itu lagi!

Ia segera mendatarkan ekspresi wajahnya, menghindari keterkejutannya segera.

Arfan mendekati mereka “Apaan?” Tanyanya. “Tolong kenalin sistem kerja PMR kita sama adik yang ini, kalo gue mau mandu adik ini ke lembar kerja PMR” ucap Arya menarik lengan Tika. Tika mendengus kesal, apa lagi Rembulan.

“Gak, makasih” Arfan melenggang pergi. Namun langkahnya terhenti ketika suara seseorang menghentikan langkahnya. “Atau gue lapor pak Danang?” Tawar Arya tersenyum penuh kemenangan.

“Ck! Ikut gue!” Singkat Arfan. “Tuh dek ikut Arfan” ucap Arya dan melenggang pergi bersama Tika yang kesal setengah mati.

Namun Tika masih sempat tersenyum ke arahnya. Rembulan mengikuti langkah cepat Arfan ke ruangan yang sangat menyeruak bau obat.

“Disini gue akan jelasin sistem kerja PMR, jadi Lo dengerin baik-baik” ucap Arfan dengan datar. Mereka duduk berhadapan dengan Arfan, dan Arfan mulai membuka buku sistem kerja PMR.

Rembulan tak menggubris, ia hanya menganggukkan kepalanya.

“Pertama tugas PMR adalah, belajar dan berlatih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Yang artinya, Lo harus giat belajar dan latihan tentang pengetahuan serta keterampilan. Dan Lo jangan sekali kali bolos mata pelajaran satu pun, karena di setiap mata pelajaran terselip kata-kata untuk diri Lo” jelas Arfan dan Rembulan hanya menganggukkan kepalanya lagi.

“Kedua, sebagai anggota PMR Lo harus jadi tauladan bagi remaja. Lo harus jaga kesehatan Lo, Lo harus rajin olahraga, rajin jaga pola makan” serasa diperhatiin euyy.

“Ngga usah PD, cuma contoh” jatuh sudah dirinya ke aspal. “Ngga pernah PD kalo sama siluman banteng” celetuknya. Arfan yang masih sabar hanya mendengus kesal.

Bagaimana bisa ia disamakan dengan banteng?

“Yang ketiga, Memelihara kebersihan, kesehatan pribadi, dan lingkungan, Lo pasti tau kalo itu” ucapnya dengan melihat wajah Rembulan. “Emang udah tau” ia bersandar ke kursi, namun sangat disayangkan, kursi itu tidak ada sandaran hingga ia terhuyung ke belakang.

“Ehhh…” Arfan langsung menarik tangan Rembulan dan menariknya. Kening mereka hampir bersentuhan beberapa senti lagi. Rembulan sangat takut jika kepalanya terbentur kembali, karena ia memiliki riwayat sakit kepala yang sangat membuatnya pusing tujuh keliling.

Arfan kembali duduk, tak mau larut dalam kepada manik mata hitam pekat itu lebih jauh. Bisa bisa ia jatuh cinta pada pandangan ini mah. “Gue lanjutin” Rembulan merasakan degupan kencang ketika ia hampir terhuyung ke belakang.

“Program kerja yang pertama adalah, pelayanan kesehatan sekolah. Kedua, mengadakan kebersihan lingkungan sekolah. Ketiga, mengadakan latihan. Keempat, mengadakan penyuluhan masyarakat. Kelima, mengadakan baksos. Keenam dan terakhir, mengadakan kunjungan ke tempat kesehatan”

“Udah ngerti? Yaudah kita bisa keluar”

“Ehh maksud gue, Lo sendiri”

“Gue juga deh”

Tanpa basa-basi, Rembulan keluar dari ruangan itu meninggalkan Arfan dengan kebodohannya.

Chapter 2

MPLS hari ke empat, dimana acara MPLS hari keempat adalah pengenalan setiap kejuruan yang siswa baru ambil. Rembulan sangat senang, karena ia dapat berkumpul dengan Tika, Pram, Galuh, dan Mifta. Secara, mereka memasuki jurusan yang sama.

“Eh tik, gue kaya kenal tu cowok, badannya kaya ngga asing deh” ucap rembulan mengamati badan orang itu. Tika mengernyit heran “siapa emang?” Tanya Tika heran.

“Kaya, kaya siapa sih ya, lupa deh!” Rembulan menghentakkan kakinya karena tak dapat mengingat orang itu. Ketika orang yang di amati Rembulan membalikkan badannya. Mata Rembulan hampir saja jatuh ke lantai.

“Arfan?!!!” Ucapnya sedikit berteriak. Hingga orang yang merasa dirinya dipanggil menatap Rembulan bingung. “Arfan? Ketos?” Rembulan tak menjawab. Ia masih menatap orang itu tak percaya. Sementara yang ditatap hanya memasang wajah herannya.

Buru-buru Rembulan memalingkan wajahnya yang ia rasa jelek.

Sabar lan, bawaan lahir.

“Semuanya kumpul!!!” Teriak orang di lapangan dengan nyaring. Semua siswa baru dikumpulkan di lapangan. Setiap jurusan yang berbeda, berbeda pula seragamnya. Seperti dirinya, berkejuruan Multimedia, seragam kejuruannya berwarna merah jambu.

Setelah dirasa semua siswa terkumpul, siswa pada setiap jurusan dipisahkan. Agar dimudahkan dalam penjelasan materi.

“Untuk siswa berkejuruan tata kelola perkantoran di sebelah kiri, untuk yang tata boga di tengah akuntansi di sebelah kanan, dan terakhir kejuruan Multimedia mengikuti kak Arfan” wakil ketua OSIS itu menunjuk Arfan.

Rembulan serta Tika yang masih fokus pada gurauannya pun hanya mengikuti rombongan mereka, tanpa mengetahui siapa pemandunya. Sementara Galuh, Pram, dan Mifta hanya berjalan santai di belakang Rembulan dan Tika.

“Oh iya lan, Lo kan udah pernah bilang mau nunjukin mantan pacar Lo yang katanya satu sekolahan sama kita” ucap Tika serius.

“Masih inget aja Lo” balas Rembulan dengan mengunyah permen karetnya. “Dihhh, gue ngga pernah lupa ya soal begituan. Apa lagi janji mantan, cih! Kalo itu terngiang ngiang sih” Tika terkekeh saat mengingat janji manis yang mantan berikan.

Gue cuma chattingan sama Lo doang

Gue cuma sayang sama Lo doang

Gue ngga punya yang lain selain Lo

Gue janji bakal selalu ada buat Lo

 

Cih! Buaya darat! Batin Tika sinis.

“Curhat Lo?” Rembulan melirik Tika sekilas. Tika hanya tertawa kecil melihat Rembulan yang jengah. “Eh, siapa sih yang mandu?” Tanya Tika menengok ke belakang dimana disana ada Galuh, Pram, dan Mifta.

“Katanya Arfan” mata Rembulan melotot kala mendengar nama Arfan. “Jadi, satu ekstra, satu jurusan, satu kelompok? Tuhan apa lagi ini?!” Batinnya dramatis.

“Perasaan kalo ada Lo ada Arfan, ya nggak Yung” ucap Tika kepada Rembulan yang diangguki Galuh. “Kebetulan” Tika berdecih pelan “kebetulan kok sering, hampir 4 hari ini ya, Lo fullday sama tuh kak Arfan”

“Bodo, ngga gue peduliin” Rembulan memasang headsetnya seperti biasa. Mendengarkan lagu dengan nikmat dan merasakan angin sepoi-sepoi, ditambah makan permen karet yang manis bagai janji mantan. Surga dunia

“Buat yang dengerin lagu pake headset” semua siswa tertuju pada Rembulan yang tak mendengar suara orang yang memanggilnya. Sementara Tika yang sedari tadi gelagapan berusaha menarik headset Rembulan namun ditepis oleh Rembulan cepat.

Rembulan merasakan ada tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Hangat Batinnya.

Ketika Rembulan melihat siapa yang menariknya ke depan rombongan. Arfan. “Apaan sih!” Rembulan menepis tangan Arfan kasar. Sementara Arfan hanya menghela nafasnya pelan.

“Kamu yang apa apaan, disaat saya ngejelasin semuanya, kamu malah asik-asiknya dengerin musik pake headset, ngga SOPAN!” Tekan Arfan pada kata terakhir dan menarik headset biru muda itu hingga terputus kabelnya.

Rembulan melotot, matanya memanas dan wajahnya berubah merah. Kilatan amarah hanya memenuhi otaknya sekarang. Dirinya telah dikuasai emosi yang siap meledak.

Sementara Tika serta 3 orang itu hanya takut jika Rembulan meninju ketua OSIS itu dan menjadi tontonan siswa. Dan payahnya, baru 4 hari masuk sekolah masuk ke ruangan BK, hadehh. Tidak bisa dibayangkan.

“Lo-“

“Praktikkan apa yang saya jelaskan tadi” pinta Arfan dengan nada penuh penekanan. Rembulan mendorong bahu Arfan kasar hingga Arfan terhuyung ke belakang karena tak siap. Rembulan menduduki kursi didepan komputer. Semua siswa tertuju pada Rembulan yang masih berkilat amarah.

“Baru MPLS aja bikin masalah, apa lagi udah sekolah ya”

“Jangan kaya gitu, dia orangnya dingin, kalo Lo kena marahnya Lo abis ditangan dia”

“Emang harusnya begitu kan?”

“KALIAN SEMUA BISA DIEM NGGAK?!!!” Bentak Rembulan yang mencapai emosi di Ubun-ubunnya.

Semua yang membicarakan Rembulan terdiam. Termasuk Arfan yang tadinya bisa memandang Rembulan sinis, berubah menjadi raut datar namun, ada kilatan takut di manik matanya jika gadis itu emosi.

Arfan tau, gadis itu tidak suka diganggu, apa lagi mencari cari masalah. Arfan mengetahui itu dari mimik wajah Rembulan.

Arfan melihat jari yang lincah memencet keyboard komputer. Arfan akui, gadis ini unik dan memikat siapa saja yang tau kelembutan hatinya. Apa lagi kelebihannya, dan segala prestasi yang ia pendam.

“Puas Lo!!” Ucapnya tepat di wajah Arfan. Rembulan bangkit dari tempat duduk itu dan menendang kursi ke belakang, hingga kursi itu jatuh. Arfan dan semua yang ada disana terkejut karena suara kursi itu terantuk dengan tembok.

Rembulan menarik headset yang terhubung ke ponselnya dan melemparnya tepat di wajah Arfan yang tampang tanpa dosa.

“Makan!!” Rembulan berlalu dari hadapan Arfan dan pergi entah kemana.

Sepeninggalan Rembulan, rombongan memasuki ruangan komputer. Tak terkecuali Tika, Galuh, Pram, dan Mifta. Sementara Rembulan hanya ingin sendiri dan entah kemana.

Semua siswa sudah masuk ke ruangan itu, namun tidak dengan Arfan. Ia ada diluar dan menatap headset yang putus itu dilantai.

Ia berjongkok dan mengambil headset itu. Apakah dirinya sudah keterlaluan?

***

“Headset tinggal satu juga, diputusin segala!!” Dumelnya ketika ia berjalan keluar gerbang sekolah untuk mencari jajanan dipinggir trotoar. “Gue sumpahin ya, dia bakal ngemis  ngejar gue suatu hari nanti!” Sumpah serapah pun memenuhi bibir pucat itu.

Namun sekali lagi nasibnya disinggahi kesialan. Kepalanya pening, perutnya sakit, serta kaki yang lemas.

Ia memegang kepalanya yang pening, seperti biasa. Kepalanya pusing karena ia terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan.

Brukh!

Ia pun jatuh pingsan tak sadarkan diri. Sial sekali, dirinya memang lemah dalam hal seperti ini. “Eh dek bangun! Dek, bangun!” Ucap seseorang yang mengetahui jika Rembulan pingsan.

Orang itu menggendongnya dan membawanya ke dalam sekolah. Banyak pasang mata yang menyaksikan Rembulan dibopong oleh orang itu. Sang penyelamat Rembulan saat ini.

“Pak, UKS dimana ya?” Tanya orang itu ke salah satu guru laki-laki yang sedang berjalan. “Loh, ini kan dek rembulan ya? Kenapa pingsan ya nan?” Tanya guru itu panik.

“Saya nemuin di gerbang pak” wajah orang itu berubah panik. “Mari saya antar ke UKS” guru dan orang itu menuju UKS. Semua siswa yang sedang KBM menatap orang yang membopong Rembulan kagum.

Sampainya di UKS, orang itu membaringkan tubuh Rembulan ke brankar UKS. Sementara guru itu memanggil petugas yang sedang bertugas di UKS.

Petugas UKS itu memeriksa kondisi Rembulan yang wajahnya sangat pucat. Orang yang membopong Rembulan sangat khawatir.

Setelah selesai memeriksa kondisi Rembulan, petugas UKS itu berbicara kepada kedua laki-laki itu.

“Kondisinya cukup mengkhawatirkan, sepertinya dia mengalami anemia, namun dia tidak pernah berbicara kepada orang tuanya, mungkin” ucap petugas UKS itu.

“Kenapa bisa?!” Batin orang itu.

“Saya permisi” petugas UKS itu berlalu dari ruangan itu disusul oleh guru laki-laki itu.

***

“Rembulan!!” Panggil seseorang yang panik. Siapa lagi kalau bukan Tika. Gadis tersebut memasuki UKS dengan tergesa gesa. Ia mendekati Rembulan yang masih berwajah pucat. Namun senyumnya tak luntur.

“Lo baik-baik aja kan?” Tanya Tika khawatir. Rembulan mengangguk lemah. “Gue baik baik aja, l-lo ngga us-sah kha-watir t-ik” balas Rembulan sedikit terbata.

Galuh mendekati Rembulan. “Lain kalo ngomong kalo lagi sakit” Galuh mengelus puncak kepala Rembulan yang berlapis jilbab. “Ini makanan dari siapa ya lan?” Tanya Pram yang membuka plastik putih berisi bubur.

“Dari siapa ah?!” Tanya Mifta menimpali.

“Coba sini gue liat” ucap Tika yang mengambil alih plastik itu. Tika mengernyit.

“Ada suratnya Lan” Tika memberikan surat itu kepada Rembulan.

Rembulan membacanya dengan saksama.

Untukmu : Rembulan, katanya guru laki-laki itu.

Cepat sembuh, saya nggak mau lihat kamu lemah. Saya cuma mau lihat kamu kuat, seperti seseorang.

Untukmu Rembulan.

Jangan lupa makan bubur yang saya belikan, katanya bubur itu bisa menambah energi, walaupun hanya sedikit. Tapi tidak menambah berat badan kok, jika kamu sedang menjalani diet. Ya sudah, saya permisi. Cepat sembuh ya.

~RaGu

Rembulan terkekeh membaca surat ucapan itu. Namun, detik berikutnya kening Rembulan mengernyit tak mengerti. “Ragu?” Batinnya.

***

Malam yang sangat sejuk. Bintang nampak bertaburan, dan bulan menerangi jalanan sepi dengan cahayanya yang remang. Seperti biasanya, ia tengah melamun dengan mendengarkan lagu tanpa headset.

Ah! Ia jadi mengingat headset yang hilang itu dan headset yang putus karena ulah Arfan. Tapi, ya sudahlah. Ya sudah biarkan terjadi.

Ia mulai membuka buku diary lamannya. Mulai dari buku yang lusuh, buku yang sudah sobek, dan buku yang masih baru baru ini. Semua tulisan yang ada dibuku diarynya, hanya penuh dengan kata rindu, rindu dan rindu untuk mantannya itu.

Saat air matanya mulai membasahi pipinya, ia beranjak ke tempat tidur untuk menenangkan pikirannya. Salah siapa buka buka aib lama, sakit kan. Ia menyelimuti tubuhnya hingga ujung kepala, hingga seluruh badannya tertutup.

***

“Kenapa bawa bawa bawang putih segala, Nduk?” Tanya bundanya heran. “Itu Bun, buat acara Pramuka Bun, mencari jejak suruh bawa bawang putih” balasnya dengan mengupas 3 siung bawang putih.

“Buat apanya sih, Nduk?”

“Ngga tau Bun, bilangnya cuma disuruh bawa aja” Rembulan pun mencuci bawang itu dan membungkusnya ke dalam tissue.

Setelah itu, ia pamit untuk segera berangkat ke sekolah. Masih ada waktu 20 menit untuk pergi ke sekolah.

Setelah sampai ke halte depan, ia menunggu bus yang sedikit lama, tidak seperti biasanya. Saat ia sampai di halte, bus akan segera datang.

Ia melirik jam yang melingkar ditangannya sekilas. Ia menghentakkan kakinya kesal.

Krek…

“Apaan?” Batinnya. Ia merasakan ada sesuatu yang ia injak dibawah sepatu all starnya. Ia berjongkok tepat di hadapan name tag itu.

  1. Rangga Gunadarma

“Siapa ya?” Ia nampak mengingat nama itu. Ada sekelebat nama dan wajah seseorang.

Tin..tin

Rembulan bangkit dan menengok ke sumber suara. Bus itu sudah datang. Ketika bus itu berhenti ia segera naik ke bus itu.

***

“Sudah jelas semua?” Tanya sang tentara berbaret hijau dan memakai masker.

“SIAP JELAS!!”

“Bagus, sekarang setiap kelompok pertama jalan” ucap tentara itu dan mempersilakan kelompok pertama berjalan.

“Bay Rembulan!!” Ucap Galuh berteriak, saat kelompoknya mulai berjalan.

Sementara Rembulan hanya menahan malu karena teriakan dari Galuh. Sementara Tika yang satu kelompok dengannya hanya terkikik geli.

Tentara itu menatap Rembulan lekat. Seperti ada desiran kuat yang menjalar di hatinya. “Fokus nan!” Ucap seseorang tentara lain menepuk bahu tentara itu. “Oh iya, maaf” balas tentara itu.

Selang 5 menit, kelompok yang kedua dipersilakan menyusul jejak kelompok pertama. Beberapa kelompok pun sudah menyusul jejak kelompok lain. Sekarang, tersisa kelompok terakhir. Kelompok Tika dan Rembulan.

“Kelompok ya terakhir” Rembulan dan Tika langsung menyiapkan kelompoknya. “Berhubung kalian yang terakhir, saya dan rekan saya akan menemani kalian” ucap tentara itu dengan senyum tulus dibalik maskernya.

Kelompok itu berjalan mendahului Rembulan yang tengah membenarkan tali sepatunya. Hanya tersisa tentara itu dan Rembulan. Rekan tentara itu sudah menggiring kelompok Rembulan yang meninggalkannya.

Tanpa aba-aba, tentara itu berjongkok dan membenarkan tali sepatu Rembulan. Jantung Rembulan sungguh berdetak sangat kencang saat ini. Entah takut, atau jatuh cinta ia tak mengetahuinya.

“Belajar cekatan!” Tegas tentara itu. Rembulan yang tadinya menatap tentara itu penuh arti terima kasih, berubah menjadi sorot datar dan dingin. Tentara itu bangkit “Jalan” sambungnya.

Rembulan meraih tongkatnya dan bangkit, ia berjalan dengan langkah sedikit tergesa-gesa. Untungnya, Pramuka kali ini memakai celana. Jadi tidak repot seperti biasanya.

Tentara itu mengikuti langkah Rembulan yang sulit diikuti. Namun berhasil tentara itu iringi.

“Habis ini belok kanan”

“Udah tau!” Ketus Rembulan.

Tentara itu menggeleng gelengkan kepalanya. Masih ada saja gadis yang berperilaku dingin, dan sinis. Sampainya di pos pertama, ia sedikit terlambat. Namun untungnya, kelompok milik dirinya belum menjalani tes pos pertama.

“Dari mana sih?!” Kesal Tika karena tadi ia tak menyadari bahwa Rembulan ia tinggal begitu saja.

“Tali sepatu gue copot tadi, lo nya aja main tinggal!” Rembulan memasang wajah datarnya.

“Kelompok selanjutnya!” Ucap seseorang didepan sana. Sekarang giliran kelompok miliknya. Kelompok Rembulan dan Tika. “Pimpinan regu?” Rembulan mengangkat tangannya. “Silakan laporan”

Sorot mata dingin dan sorot mata penuh rasa bersalah itu bertemu. Namun Rembulan segera melupakan masalah itu sejenak. “Lapor, kami dari regu Aster, siap melaksanakan tugas dari kakak!” Suara Rembulan menjadi sedikit serak dan sedikit tegas.

“Laporan saya terima, di pos pertama ini. Kalian sudah membawa bawang putih?” Tanya kakak pembina itu.

“SIAP SUDAH!!”

“Good, saya sediakan tali rafia ini..” Kakak pembina itu mengambil tali rafia itu dan menentengnya.

“Dan kalian tali atau lubangi bawang putih itu terserah kalian, setelah itu kalungkan di leher kalian, waktu 5 menit dimulai dari sekarang!” Rembulan membalikkan badannya dan menggabungkan dirinya ke kelompok miliknya.

Tak sampai 5 menit, kelompok miliknya sudah menyelesaikan tugas itu. Rembulan menghadap ke kakak pembina paling judes dan menyebalkan itu lagi. “Lapor, kami telah menyelesaikan tugas dari kakak!”

“Terima kasih atas kerja samanya, dan silakan menuju pos berikutnya” ucap kakak pembina itu dan tersenyum.

***

“Ahhh gue capek udah mau selesai padahal!!” Ucap Tika yang sudah ngos-ngosan. “Satu pos lagi finish!” Ucap siswa lain yang sudah mengenal Rembulan dan Tika.

Tika tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tak lama kemudian, mereka sampai ke pos terakhir. Atau pos merangkak di lumpur. Dengan segera mereka berbaris dan Rembulan melapor kepada tentara yang masih setia dengan maskernya itu.

“Untuk pimpinan regu merangkak paling akhir!” Tegas tentara itu. Sementara Rembulan hanya memutar bola matanya malas.

“Woyy sumpah ini bukan gue kali ya!” Ucap Tika di seberang sana yang wajahnya dipenuhi lumpur.

“Pfffttttthahahahahha, muka Lo tik!!” Tawa Rembulan pecah saat melihat wajah Tika yang indah dimakan lumpur.

Mayan tik, masker alami.

Hati tentara itu kembali berdesir hebat. Apa lagi ini??. “Rembulan kurang ajar!!!” Teriak Tika murka.

“Kamu cepetan merangkak, jangan buang waktu!” Tegas tentara itu. Raut wajah Rembulan kembali datar dan tak bersahabat, ia segera mengambil posisi tengkurap dan merangkak.

“Kepalanya nunduk!!” Ucap tentara itu penuh penekanan. Saking kesalnya, Rembulan menundukkan kepalanya hingga wajahnya menempel sempurna ke lumpur itu.

Tentara itu terkekeh dibalik maskernya. Sampainya di seberang sana, raut muka cantiknya tak terlihat. Yang ada hanya wajah yang dipenuhi lumpur.

Mereka kembali berbaris. Tentara itu mendekat.

“Good, buat kamu pimpinan regu!” Rembulan yang tadinya menunduk, mendongakkan kepalanya.

“Khusus pimpinan regu Aster, saya beri lencana bintang. Yang artinya, kamu dan kelompok kamu regu paling baik diantara regu yang lain. Dan khusus untuk pimpinan regu, khususnya untuk kamu. Nanti kamu menunggu pengumuman setelah sampai di lapangan sekolah.” Jelas tentara itu, dan memasangkan lencana bintang itu di pelipis Rembulan yang berlapis jilbab.

***

“BAGAIMANA ACARA HARI INI?” Tanya salah satu tentara yang memakai topi.

“SIAP MENYENAGKAN!!”

“B aja” gumam Rembulan sendiri.

“BANYAKKAH PELAJARAN YANG KALIAN AMBIL DARI MENCARI JEJAK INI?”

“SIAP BANYAK!!”

“Dikit” gumam Rembulan.

“BAHAGIA DENGAN ACARA HARI INI?”

“SIAP BAHAGIA!!”

“Ngga sama sekali”

“Lo kenapa sih lan, diem deh!” Ucap Tika kesal dengan Rembulan yang bergumam sedari tadi. “Ah gue males” balas Rembulan seadanya.

“Baiklah!! Sepertinya ada yang mendapat lencana bintang ya, dan siapa yang beruntung?” Perhatian Rembulan dan Tika kembali ke sumber suara.

“Pimpinan regu Aster silakan maju ke depan!!” Semua siswa bertepuk tangan kala pimpinan regu Aster yang tak lain Rembulan maju ke depan hadapan seluruh siswa.

“Untuk kamu, mau memilih ekstra apa?” Tanya salah satu guru yang mendampingi tentara itu. “PMR” singkat Rembulan.

“Dengan adanya lencana bintang itu, kamu tidak perlu memakai persyaratan untuk masuk ke PMR, kamu sudah masuk ke dalam inti PMR tanpa melalui tes ataupun pengujian lainnya” lanjut guru itu.

“Dan masih banyak lagi kegunaan lencana bintang itu selama kamu sekolah disini”

Mata Rembulan berbinar kala mendengar ucapan guru itu. Tak henti hentinya ia mengucap syukur kepada tuhan sang pencipta alam. Tentara bermasker itu tersenyum simpul dibalik maskernya.

“Congratulation, Rembulan” Batin tentara itu.

“Terima kasih tuhan sang pencipta alam, melalui tentara itu, aku masuk ke dalam inti bagian yang aku inginkan” Batin rembulan, ia tersenyum ke arah tentara itu. Tentara itu membalas senyuman Rembulan tak kalah manis, namun terhalang maskernya itu.

Untuk melanjutkan baca BAB selanjutnya silahkan melakukan pinjam buku

Penulis :
Bulan Magviroh

Ukuran :
14 x 21

Status :
Terbit

Ketebalan :
296 Halaman

ISBN :
978-623-95334-5-8

0 0 votes
Rating
Subscribe
Notify of
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar