Merenovasi Luka Hati Menjadi Karya yang Menginspirasi

Pemesanan buku

3D Book

Shopee

Tokopedia

Whatsapp

Sinopsis
Saat membaca buku ini, mungkin kamu sedang mengalami perihnya patah hati, baru saja disakiti, atau mungkin sudah lama mencari penawar luka untuk mengobati. Entah tujuanmu membaca buku ini karena ingin menambah ilmu, atau karena sekarang kamu sedang berada di fase pilu yang memang sedang merasa seberantakan itu.Bagaimanapun kondisimu sekarang, semoga buku ini bisa memberikanmu harapan atas kebahagiaan yang pasti akan datang di hari kemudian setelah hatimu bertubi-tubi dihantam oleh banyaknya luka yang menyakitkan.

“Aku sudah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.”

_‘Ali bin Abi Thalib r.a_

 

Ya Allah, aku yakin bahwa kuasa-Mu telah, sedang, dan akan terus bekerja di alam semesta. Karena diriku hanyalah manusia biasa, yang seringkali khilaf dan juga banyak dosa, serta seringkali lalai dalam menunaikan kewajibanku sebagai seorang hamba.

Hmm … Namun, aku sangat bersyukur bahwa Engkau menciptakanku sebagai manusia. Pepatah arab mengatakan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan sifat lupa yang memang benar adanya. Seperti yang telah Rosulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sampaikan dalam sabdanya, “Setiap anak adam (manusia) pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat kepada-Nya”.

Mulai detik ini aku akan serius dalam meniti jalan kembali kepada-Mu, setelah kau hadirkan rasa penyesalan dalam hatiku yang abu. Semua belum terlambat, karena aku percaya bahwa ahli maksiat yang pada akhirnya bertaubat jauh lebih mulia daripada orang yang merasa dirinya taat namun kesombongannya membuat dirinya tersesat.

Ya Allah, aku ingin menceritakan sebuah pengalaman hidup yang membuatku akhirnya tahu arti sebuah kekecewaan. Sebenarnya, ada sesuatu yang selalu membuat hatiku diselimuti kegalauan. Ia tidak terlihat, tapi sangat bisa dirasakan. Setiap kehadirannya selalu menyentuh relung hatiku yang terdalam.

Tapi kini, aku baru sadar dan paham bahwa kerisauan itu terjadi karena sebuah kesalahan, yaitu harapan yang seharusnya kepadaMu-lah aku sandarkan, tapi justru aku gantungkan kepada seseorang yang sebenarnya belum Engkau takdirkan.

Ya Allah, aku kira harapan adalah hal yang ringan. Tapi ternyata hal kecil itu mengakibatkan kesalahan fatal yang menggerogoti seluruh organ, khususnya hati yang diibaratkan sebagai penentu baik atau buruknya keseluruhan badan. Pernyataan tersebut satu frekuensi dengan sabda Nabi Muhammad Shallahu’alaihi Wasallam yang telah beliau sampaikan, “Apabila sesuatu itu baik, maka akan baik seluruh jasadnya. Dan apabila sesuatu itu buruk, maka akan buruk seluruh jasadnya. Ya, sesuatu itu adalah HATI.”

Ya Allah, maafkanlah aku yang pernah menjalin kedekatan dengan perempuan yang sebenarnya tidak Engkau perbolehkan. Aku mengira bahwa rasa suka itu harus dibuktikan, tapi ternyata semua hanyalah bisikan bodoh iblis yang membuatku mengalami kekalahan.

Dahulu aku pernah diputusin, katanya sih karena aku terlalu dingin. Tapi jujur, semua itu disebabkan rasa penasaranku yang tumbuh sangat subur. Aku pun pernah menyudahi sebuah hubungan lalu ber‘azm untuk tidak lagi pacaran, sekalian menunggu waktu yang tepat untuk sebuah pertemuan dengan dia yang sedang Engkau rencanakan.

Ya Allah, maafkan aku juga yang pernah pada suatu ketika mengharapkan seseorang, yang jelas-jelas belum tentu menjadi jawaban dari setiap permintaan yang aku lontarkan. Namun, entah kenapa lisanku sering menyebutkan namanya dengan spontan, di dalam beberapa untaian do’a yang aku panjatkan.

Pada akhirnya, ternyata Engkau punya rencana lain bagiku. Engkau jodohkan dia dengan pasangan terbaiknya yang sekufu, lalu menyibukkanku untuk melanjutkan perjuangan dalam proses menimba ilmu.

Pernah juga pada suatu saat aku sangat bosan, karena semua harapan kepada manusia yang kualirkan, seringkali bermuara pada samudera kekecewaan. Saat itulah dimana hidayah-Mu mulai masuk menyelam ke dalam isi hati nuraniku dengan membawa getaran. Getaran yang menggiringku untuk meramu sebuah rumus kehidupan, yang menurutku sangat patut untuk di cicipi oleh anak-anak muda zaman sekarang.

Ya Rabb, sekarang aku sudah menemukan rumus yang sangat ideal, dan harus aku aplikasikan bahkan oleh semua kaum milenial. Rumus tersebut yaitu menyandarkan seluruh harapan secara vertikal, untuk mendapatkan hasil terbaik pada zona horizontal, dan pastinya dengan cara yang halal. Sebab, kini aku mulai sadar bahwa rasa kecewa itu hadir disaat harapanku kepada makhluk lebih besar daripada harapanku kepada Sang Khaliq.

Tapi semua lika-liku kisahku itu tidak seperti yang kuduga. Rasa penasaran yang menggebu-gebu saatku remaja, selalu bertentangan dengan harapan yang sudah terencana. Ternyata, hanya penyesalan yang muncul pada akhirnya. Penyesalan atas harapku yang lebih condong kepadanya, padahal Engkau-lah yang senantiasa memberikan rahmat dan nikmat yang tiada tara. Senantiasa mencariku di setiap sepertiga malam yang gelap gulita. Menunggu pengakuan, dan permintaan maafku yang dibasahi oleh air mata, serta menanti do’a-do’a dan sujudku sebagai seorang hamba.

Jujur ya Allah, saat itulah aku merasa malu sejadi-jadinya kepada-Mu yang sangat setia, dan tak pernah bosan menunggu taubatku walaupun tak kunjung tiba. Intinya, maafkan aku ya Rabb, yang pernah menduakan-Mu dengan dia yang sama sekali tidak sebanding dengan-Mu. Sekarang, aku sangat mengharapkan cintaku agar tidak bertepuk sebelah tangan, dan bisa bersemi kembali ke dalam dekapan-Mu yang sangat aku rindukan.

Ya Allah, walaupun sekarang Engkau belum mempertemukanku dengan si dia, tapi aku percaya bahwa kuasa-Mu sedang merekayasa masa depan yang bahagia. Mungkin untuk saat ini Kau ingin aku mapan ilmu agama dan pengetahuan terlebih dahulu, kemudian mengejar cita-citaku, dan tidak lupa untuk membahagiakan ibuku.

Ya, “Husnudzon”, atau dalam bahasa Indonesia artinya adalah berbaik sangka. Berbaik sangka itu tidak hanya kepada sesama, tapi yang paling fundamental adalah berbaik sangka kepada-Mu Wahai Tuhanku Yang Maha Kuasa. Kalimat ini adalah obat yang paling ampuh untuk kegelisahan jiwa dan raga. Selain itu, aku yakin sekali kepada-Mu bahwa tulang rusuk yang sekarang tiada, pasti akan kembali apabila sudah tiba gilirannya.

Ya Allah, sekarang aku sudah sangat yakin bahwa jodoh itu adalah rezeki yang telah Engkau catat. Mustahil jika dia datang terlambat, tapi aku percaya bahwa dia akan hadir di waktu yang tepat, yang kedatangannya bukan hanya karena nafsu sesaat, tetapi yang benar-benar punya loyalitas untuk menua bersama dalam taat.

Umar ibnu Khattab r.a pun pernah berkata dengan keyakinannya yang kuat, “Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang ditakdirkan untukku tidak akan pernah melewatkanku.”

Aku berjanji ya Allah, di masa penantian ini aku sudah membulatkan tekad, untuk mengoptimalkan waktu yang ku punya dalam kesibukan yang bermanfaat, seperti menyebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya kepada umat, berusaha semaksimal mungkin untuk meneladani sebaik-baiknya manusia yaitu Rasul-Mu Muhammad Shallahu’alaihi Wasallam.

Setelah itu, aku juga akan lebih sering lagi bermesraan dengan-Mu setiap kali aku bermunajat dalam shalat, bahkan jika bisa aku ingin menuliskan semua bentuk inginku ini dalam sebuah surat, lalu akan aku beri tanda dengan stempel taat, dan cinta tak bersyarat, lalu kukirim ke langit-Mu yang bertingkat-tingkat dengan harapan agar diriku yang seringkali berbuat maksiat bisa semakin dekat dengan-Mu Yang Maha Penerima Taubat.

Semoga dengan ini semua taqwaku bisa selalu meningkat agar hidupku yang singkat bisa menjadi anugerah dan berkah yang dahsyat di bawah naungan sayap para malaikat. Mudah-mudahan juga ketika ruhku telah dipisahkan dari jasad, semua kebaikan yang telah aku perbuat selalu diingat, dan keturunanku nanti selamat di dunia dari para penjahat dan penjilat, serta di akhirat mendapatkan syafaat Nabi-Mu Muhammad yang dilapisi dengan ridho-Mu wahai Tuhanku Yang Maha Pemberi Rahmat.

Ya Rabb, Jadikanlah semua kejadian ini, sebagai bagian dari sebuah pengalaman agar aku bisa mengatasi kerasnya tantangan zaman di masa depan. Sebab, aku yakin bahwa kesuksesan adalah sebuah perjalanan bukan tujuan, yang artinya bahwa usaha jauh lebih berharga daripada hasil akhir pencapaian.

Seperti firman-Nya dalam Al Qur’an, “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.” (Q.S An Najm : 39)

Ya Allah, aku tidak ingin menjadi aktor yang bisanya hanya menyalahkan keadaan, tapi jadikanlah diriku ini pemeran utama yang bijak dalam melintasi setiap  garis takdir kehidupan. Dan yang terpenting istiqomahkanlah aku menjadi manusia produktif saat mengarungi ruang kesendirian.

Perihal jodoh, kini aku pasrahkan kepada-Mu yang Maha Mengetahui atas semua pilihan. Pilihan terbaiklah yang pasti akan Kau berikan, dan yang pasti akan aku dapatkan. Maka tolong lapangkanlah hatiku untuk menerima takdir itu dengan penuh keridhoan.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a pernah mengatakan, “Aku meminta sesuatu kepada Allah, jika Allah mengabulkannya aku akan bahagia. Namun bila tidak, aku akan lebih bahagia. Karena yang pertama adalah inginku, dan yang kedua adalah ingin-Nya.”

Ya Allah, aku tahu bahwa ending percintaan suci yang Engkau ridhoi hanya ada 2 pilihan di atas muka bumi ini. Menikahi orang yang aku cintai, atau mencintai orang yang aku nikahi. Oleh karena itu, kuatkanlah aku untuk memilih pilihan yang kedua. Karena yang pertama hanyalah sebatas harapan, tapi yang kedua adalah kewajiban atas takdir Tuhan.

Allah Ta’ala berfirman, “Allah tidak membebani kepada seseorang melainkan (sesuai) dengan apa yang diberikan Allah kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan setelah kesempitan.”

[QS. Ath-Thalaq : 7]

 

Sungguh beruntung kita yang telah terpilih menjadi juara dari jutaan bahkan milyaran sel sperma. Allah memilih kita bukan hanya kebetulan semata. Ini semua adalah kehendak-Nya yang tidak dapat ditantang, apalagi ditentang. Karena apapun yang sudah menjadi keinginan ilahi, pasti akan terealisasi. Kenapa yang dipilih adalah kita? Ya, karena Allah tahu bahwa kita mampu melewati ini semua.

Setiap manusia sudah memiliki skenario hidupnya masing-masing. Mulai dari kapan di dunia ini ia akan pertama kali terbaring, seberapa banyak rezeki yang akan ia saring, hingga dengan siapa ia akan bersanding.

Bahkan, kematian yang akan ia temui pun sudah menjadi kepastian yang tidak dapat dielakkan karena memang sejak empat bulan di dalam kandungan semua naskah tentang kisah hidupnya telah disempurnakan, dan hanya tinggal menunggu waktu untuk diperankan di atas panggung kehidupan.

Akhir-akhir ini, aku mendengar banyak sekali kabar duka. Semua datang tanpa ada satupun orang yang menduga. Memang benar beberapa waktu lalu kita berada dalam kondisi pandemi. Tapi kenapa semua duka selalu menggoreskan luka dalam hati.

Beberapa tahun yang lalu tepatnya satu hari sebelum lebaran. Pamanku pergi dipanggil oleh Tuhan semesta alam. Anaknya bernama Aditya yang usianya masih terbilang remaja. Ia masih tidak menyangka bahwa ayahnya akan pergi meninggalkannya tepat satu hari menjelang hari raya.

Ibundanya pun sangat histeris ketika kabar duka sampai kepada dirinya. Berjam-jam bibiku ini menangis karena akalnya masih belum bisa menerima. Akhirnya, pada saat kabar duka sampai ke telinga keluargaku, aku dan ibuku pun langsung bergegas menemui Aditya dan ibundanya.

Ibuku yang notabene seorang ustadzah mencoba menenangkan bibiku yang sedang meratapi kepergian sang suami. Hatiku pun tergerak untuk mendekati Aditya yang pada saat itu menangis tak henti-henti. Aku dan ibuku berusaha mereda keputusasaan yang sedang menggerogoti hati mereka berdua. Mengajak mereka untuk berprasangka baik kepada takdir yang sedang menimpa.

Episode kehidupan yang sekarang mendera mereka mengingatkanku akan kejadian beberapa tahun silam. Saat diriku menemui ayahku yang pada saat itu matanya sudah terpejam. Dunia yang cerah sekejap berubah menjadi kelam dan buram.

Ibuku yang awalnya berstatus ibu rumah tangga harus terbebani dengan status janda. Selain itu, ia juga harus tetap berjuang memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya.

Sekarang aku mulai paham bahwa kehilangan yang kita alami adalah sebuah kado indah dari Sang Pencipta. Ketika sosok yang kita cintai diambil oleh Yang Maha Kuasa itu berarti bahwa Dia lebih merindukannya. Dan untuk kita yang ditinggalkan pasti ada hikmah agung di balik itu semua yang membuat kita menjadi semakin dewasa.

Sebagai manusia biasa pasti kita merasa kecewa. Apabila orang yang kita sayang pergi untuk selamanya. Tapi, Allah Maha Mengetahui hambanya yang sedang bersedih di balik kekecewaan, dan menangis di atas penyesalan. Percayalah, bahwa Allah tidak akan mungkin membebani manusia di luar batas kemampuan.

Seperti firmanNya dalam Al-Quran, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” [QS. Al-Baqarah 286]

Dugaan sementara akan kecerobohan diri tidak perlu disesali. Semua yang terjadi biarlah terjadi. Karena kematian adalah niscaya yang kan terus mengikuti, dan semua yang tercipta di langit dan bumi tak ada satupun yang abadi, kecuali dzat-Nya Yang Maha Suci.

Rasulullah Shallallhu’alaihi Wasallam bersabda, “Apabila ada suatu hal yang menimpamu, jangan mengatakan, ‘seandainya kalau aku tadi seperti ini, tentu tidak akan terjadi seperti ini’. Tapi ucapkanlah, ‘Qodarulah wa maa syaa-a fa’al’ (takdir Allah, apa yang Dia inginkan, Dia lakukan). Karena kata-kata ‘kalau’ membuka peluang setan untuk beraksi.” [HR. Muslim]

Oleh karena itu –saudaraku-, jika engkau telah mencurahkan seluruh usaha dan engkau meminta pertolongan pada Allah, namun hasil yang dicapai tidak seperti yang engkau inginkan, janganlah engkau merasa sedih hati.

Janganlah engkau mengatakan, “Seandainya aku melakukan demikian dan demikian, pasti akan demikian”. Jika engkau mengatakan seperti ini, maka akan terbukalah pintu setan.

Engkau pun akan merasa was-was, gelisah, sedih, dan tidak bahagia. Yang sudah terjadi memang sudah terjadi. Tugasmu hanyalah memasrahkan semua urusanmu pada ilahi. Oleh karena itu, katakanlah, “Apa yang sudah menjadi kehendak-Nya, pasti terlaksana.”

Kehilangan seseorang secara tiba-tiba memang menyakitkan. Kehilangan seseorang tanpa diduga-duga pun sangat menyedihkan. Walaupun sesaat kita merasa bahagia dalam diri habis tak tersisa. Tapi yakinlah bahwa ini bukan akhir dari segalanya. Bumi masih akan terus berputar pada porosnya. Matahari dan bulan pun masih akan terus bersinar di luar angkasa.

Hari kemarin hanya bisa untuk kita kenang. Hari ini akan menjadi sejarah jika kita isi dengan totalitas dalam berjuang, serta hari esok adalah hasil dari rencana yang kita rekayasa untuk diperjuangkan dengan matang.

Seseorang yang mampu mengikhlaskan berarti ia sudah bisa menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Lalu merelakan tanpa ada kesedihan, dan tidak berdiam diri di atas kubangan penyesalan. Oleh karenanya, melepas dengan penuh keikhlasan lebih mulia daripada merelakan karena tidak memiliki pilihan.

BACA BUKU 3 DIMENSINYA

Pastikan anda memiliki saldo di dompet inno anda.
Jika belum silahkan bisa untuk beli saldo inno terlebih dahulu

Beli Saldo Inno

Fitur ini untuk pembelian dana saldo uang digital inno

Baca 3D book disini

Jika anda sudah memiliki saldo. Klik untuk baca buku 3D Book ini

Pemesanan buku cetak

Penulis :
Fadhli Darmawan

Ukuran :
14 x 21

Status :
Terbit

Ketebalan :
248 Halaman

ISBN :
978-623-5304-74-8

Harga :
Rp. 80.000

5 1 vote
Rating
Subscribe
Notify of
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar

Top up Dana Saldo

Rp. 15.000

Bonus 100 poin

Rp. 25.000

Bonus 200 Poin

Rp. 50.000

Bonus 350 poin

Rp. 100.000

Bonus 800 poin