[Resume] Kurban, Makna Cinta Sebenarnya
Narasumber: Ustadzah Nafi’atur Rohmah, S.Pd.I
Ibadah kurban tidak dapat dipisahkan dari kisah keteladan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as. Dari kisah Nabi Ibrahim as. kita memahami bagaimana perjalanan cintanya kepada Allah SWT sehingga mendapatkan gelar khusus dari Allah yaitu “Khalilullah” atau Kekasih Allah. Dari 124.000 Nabi dan Rasul-Nya hanya ada dua Nabi yang mendapat gelar tersebut yaitu Nabi Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as.
Di dalam Al-Qur’an Surah Ash-Shaffat ayat 100-107 memberikan gambaran kepada kita bagaimana perjalanan cinta keluarga Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as. menikahi sosok wanita pilihan Allah, yaitu Siti Sarah, waktu berlalu, Siti Sarah menghadiahi seorang wanita untuk menjadi istri Nabi Ibrahim as. yaitu Siti Hajar yang akhirnya melahirkan keturunan. Setelah anak itu lahir yaitu Nabi Ismail as., Nabi Ibrahim as. harus meniggalkan anak dan istrinya di Makkah. Pada masa itu, Makkah merupakan tanah yang tandus dan tidak ada kehidupan disana.
Setelah itu kita tahu bagaimana kisah munculnya air Zam-zam yang disebabkan oleh kaki Nabi Ismail as. yang dijejak-jejakan ke tanah karena kehausan. Setelah Nabi Ismail as. sudah mencapai usia baligh dan bertemu serta berkumpul kembali dengan Nabi Ibrahim as, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putra tercintanya, ketika Nabi Ismail as. sudah siap, dibaringkan untuk disembelih oleh Nabi Ibrahim as., Allah menggantinya dengan sembelihan yang besar (kambing dari surga).
Dari kisah Nabi Ibrahim dapat diambil pelajaran yaitu Nabi Ibrahim as. sedang meraih nikmat yang paling tinggi diantara nikmat-nikmat yang Allah berikan. Nikmat tersebut adalah mencintai Allah dan dicintai Allah.
Para ulama menyebutkan ada tiga kenikmatan yang diberikan Allah. _Pertama,_ kenikmatan yang bersifat fisik, sesuatu yang bisa disentuh. Contoh: keturunan, pasangan, harta, dll. _Kedua,_ kenikmatan nor-fisik. Sesuatu yang tidak bisa disentuh. Contoh: kedudukan, kekuasaan, eksistensi, dll. _Ketiga,_ nikmat Ruhaniyah, contonya yaitu dimana kita mencintai Allah dan Allah mencintai kita.
Dengan adanya ibadah kurban kecintaan terhadap hal-hal dunia dapat ditundukkan dengan ketaatan kepada Allah. Dan untuk bisa taat harus didasari dengan keimanan kepada Allah. Bahwa Allah adalah Al-Khaliq Sang Pencipta dan Maha Mengatur. Banyak ulama menyebutkan separuh keimanan adalah rasa syukur. Ibnu Qoyyim menyebutkan syukur memiliki rukun, ada tiga rukun syukur yaitu: _Pertama,_ memahami dan mengakui yang memberikan nikmat adalah Allah. _Kedua,_ Memuji Dzat yang memberikan nikmat kepada kita. _Ketiga,_ menggunakan nikmat
yang diberikan untuk ketaatan.
Melatih taat dengan memahami terlebih dulu konsep syukur. Setelah kita bersyukur, memuji Allah, menaati apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, lalu menggunakan nikmat yang diberitan untuk ketaatan maka semua itu dapat menjadikan kita pribadi yang bertakwa.
Penulis. Tia Febriani
Komunitas Muslimah Shoffa Karawang.
Wallahu’alam.