- Fasilitas Negara Seharusnya Untuk Kesejahteraan rakyatnya.
Oleh. Reni Tresnawati (Ibu rumahtangga dan Pegiat Literasi)
Perhelatan acara pernikahan putra bungsu nomor satu di Indonesia beberapa waktu lalu, sungguh mewah, dengan mengerahkan sejumlah menteri yang tampak sibuk mengurusi pernikahan Kaesang Pangarep dengan Erina Gudono. Ribuan personil aparat keamanan pun dikerahkan untuk mengawal pernikahan sang Presiden yang digelar Sabtu-Minggu, 10-11/12/2022. Okenews.
Dengan kesibukan sejumlah menteri dan beribu aparat dalam persiapan pernikahan putra sang Presiden. Ini menjadi sorotan Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera. Dia bertutur sebagai menteri tak jadi soal ketika membantu presiden, tetapi apa jadinya apabila bantuan itu menjadi pertanyaan publik karena waktu dan perhatian para menteri terfokus ke acara tersebut, sehingga melalaikan tugasnya sebagai wakil rakyat. 6/12/2022. Tribunnews.com.
Ironis. Pernikahan mewah di tengah penderitaan rakyat yang belum lama terkena gempa dahsyat di Cianjur, disusul gempa-gempa lain di beberapa daerah. Erupsi Gunung Semeru. Rakyat terkena gizi buruk (stanting) tinggi melanda pinggiran kota dan pelosok daerah. PHK di mana-mana imbas dari korona, dan banyak lagi peristiwa yang membuat rakyat menderita. Dengan menggelar pernikahan mewah seperti itu, rasanya tidak sepatutnya terjadi, apalagi ketika melibatkan berbagai fasilitas negara yang seharusnya, fasilitas itu dinikmati seluruh rakyat, supaya rakyat juga merasakan kesejahteraan dari fasilitas negara yang memang sebenarnya untuk kepentingan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir rakyat dari kalangan atas. Namun, begitulah tabiatnya kapitalis yang selalu bermewah-mewah di atas penderitaan rakyat.
Beda sekali dengan sistem Islam. Dalam kepemimpinan islam, seorang Khalifah hidup dalam kesederhanaan. Khalifah benar-benar mengurusi dan mengayomi rakyatnya. Khalifah lebih mengutamakan kesejahteraan umatnya daripada dirinya sendiri. Khalifah akan sedih apabila melihat atau mendengar rakyatnya kelaparan. Contoh di masa Khalifah Umar bin Khathab, saat patroli mendengar tangisan anak di salah satu rumah warga.
Lalu, beliau menghampiri rumah itu dan mendapati seorang ibu sedang merebus batu, untuk menenangkan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Mendengar semua itu Amirul Mukminin menangis, karena merasa dirinya tidak bisa mengurusi rakyatnya. Segera bergegas sang Khalifah pergi, tak lama kemudian beliau datang sambil membawa sekarung gandum berikut makanan yang digendongnya sendiri. Lalu, dimasaknya dan setelah matang diberikan kepada anak-anak ibu tadi menyuapinya dengan tangannya sendiri.
Kisah lain dari Khalifah Umar bin Khathab, ketika anaknya yang bernama Abdullah bin Umar meminta baju baru karena baju yang dipakai sudah bertambal 14 jahitan dan suka diejek teman-temannya. Kemudian Umar pinjam ke Baitul mall untuk membelikan baju baru buat anaknya. Namun, pihak Baitul Mall berkata, ” wahai Amirul Mukminin, apakah engkau yakin besok masih hidup? Mendengar perkataan itu Umar tersentak dan menangis, menyadari dirinya belum tentu juga bisa membayarnya, sebab umur itu urusan Allah dan Umar pun tidak jadi pinjam.
Kisah berikutnya dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz; sewaktu berbicara dengan putranya, dimatikan lampu minyak yang ada di rumahnya, karena yang mereka bicarakan adalah urusan pribadi. Sebegitu hati-hatinya Khalifah Umar bin Abdul Aziz, khawatir yang menjadi penerangan rumahnya termasuk fasilitas negara. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz tak ada seorang rakyat yang mau menerima zakat, karena rakyatnya sudah hidup berkecukupan. Padahal, masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz cukup singkat, sekitar 2-3 tahunan. Tapi bisa mensejahterakan rakyatnya.