Diary Of Mama

Pemesanan buku

3D Book

Shopee

Tokopedia

Whatsapp

Sinopsis
Diary Of Mama merupakan buku kumpulan Pentigraf yang semuanya ditulis oles Sri Handayani. Kumpulan cerita tiga paragraf ini merupakan pentigraf-pentigraf yang dihimpun dari tulisan penulis. Diary Of Mama sendiri merupakan salah satu pentigraf yang ada di dalam buku ini yang oleh penulis dijadikan judul dari kumpulan pentigraf ini Di Dalam buku ini terdapat 35 pentigraf. Kebanyakan penulis menulis tentang kisah yang pernah dialami. Ada perjalanan religi saat penulis menunaikan ibadah di Tanah Suci, ada cerita mengenai 3 putri penulis, tentang curhat dari sahabat, tentang keluarga, pengalaman penulis dalam menapaki hidup, tugas- tugas penulis sebagai pendidik, dan sebagainya. Lewat buku ini penulis menitipkan berbagai pesan moril. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca, dan bisa menginspirasi pembaca untuk berbuat lebih baik lagi untuk diri sendiri dan untuk sesama.

Mamaku termasuk wanita yang rajin menulis. Apa saja ia tulis dalam diarynya. Sering aku meminjam buku itu untuk urusan tertentu, misalnya mengecek tanggal menstruasiku. Bener kan? Mama selalu mencatatnya dengan rapi sekali. Bulan ini Dita menstruasi tanggal sekian, siklusnya normal, tepat 28 hari dari menstruasi bulan kemarin. Lala bulan ini maju sekian hari, dan Vio normal. Kayaknya diary mama tidak sama dengan diary orang-orang pada umumnya. Tidak ada rahasia- rahasia dalam diary mama. Kalau orang lain menyimpan Diarynya di tempat tersembunyi bahkan ada yang digembok segala, diary mama diletakkan di almari dapur yang bisa dibaca siapa saja.

            Aku termasuk anak yang kepo pada diary mama.  Ijinnya mau nengok masa menstruasi, ternyata aku sering baca- baca yang lainnya. Di situ mama juga mencatat hal-hal penting yang terjadi pada keluarga kami. Misal tanggal sekian bulan sekian, Vio sakit apa, kemudian gejalanya bagaimana, kondisinya saat sakit bagaimana, sebelum dibawa ke dokter diberi tindakan mama apa, dibawa ke dokter siapa, diberi obat apa, apa efek dari obat tersebut, dan sebagainya. Kalau tidak dibawa ke dokter mama juga mencatatnya lalu tindakan yang diambil mama apa. Contoh saat Lala tengeng dia tidak dibawa ke dokter tapi diobati sendiri oleh mama yaitu diberi minum hangat yang banyak, Lalapun enakan. Ketika tenggorokan papa sakit kayak tercekat terus, mama memberinya air kacang hijau dengan cara mencuci segenggam kacang hijau, taruh gelas, seduh dengan air mendidih, diminumkan papa saat hangat-hangat kuku, dan terbukti tenggorokan papa jadi tidak sakit. Banyak sekali mama mencatat penanganan sakit tanpa dibawa ke dokter. Misal setiap batuk pilek mama selalu membuatkan ramuan obat batuk Expektorant dengan 9 bahan dasar herbal. Kalau ada anggota  keluarga yang sakit panas dalam, mama akan membuatkan rebusan daun sangkobak seakar-akarnya ditambah gula batu.  Mama juga mencatat masalah pengeluaran dan pemasukan  dalam keluarga lho. Bulan ini uang dari papa berapa, pengeluaran apa saja, ngambil uang di rekening mama berapa, untuk apa saja, dan sebagainya. Jadi mudah sekali melihat  anggaran terbesar keluar kapan, untuk apa saja, kapan barang ini dibeli, dimana membelinya, harganya berapa, pakai sumber uang yang mana, jelas sekali.

Jangan dikira Diary Of Mama hanya buku penuh tulisan begitu saja. Diary Of  Mama syarat akan manfaat. Orang lain bisa menerapkan pengalaman mama. Pernah suatu kali temanku curhat kalau dia tidak tega melihat ayahnya kesakitan karena ambeien, lalu aku janji nanti setelah buka diary mama akan mengabarinya karena aku pernah baca mama mengobati ambeien papa dan sembuh sampai sekarang tidak pernah sakit lagi. Sampai di rumah kupinjam diary mama kucari yang kumaksud. Lalu kusampaikan pada teman bahwa obat yang pernah mama berikan pada papa adalah menyiapkan beberapa daun manggis yang muda, dicuci bersih, diremas- remas, diseduh dengan air panas, saring saat masih hangat- hangat kuku segera minumkan. Rupanya dengan  seijin Allah, ayah temanku jadi sehat, sakit ambeiennya hilang. Aku senang dong bisa menolong teman, walau harus pinjam catatan mama. Besuk aku pingin seperti mama , semuanya tercatat dengan rapi.  Diary Of Mama telah memberiku banyak inspirasi.

Tahun 1994, lima tahun masa pernikahanku, aku membangun rumah kecil di belakang rumah orang tua. Rumah itu merupakan tanah warisan  dari orang tua letaknya di depan Masjid . Waktu itu gajiku sekitar 100.000 rupiah. Tapi harga semen kalau tidak salah 9.000 rupiah/ sak. Rumah yang aku bangun berukuran 12 m x 5,5 m dengan bagian belakangnya aku buat lantai dua. Waktu itu aku PNS bergolongan II B sedang suami juga PNS bergolongan III B. Aku lupa berapa uang yang aku siapkan untuk membangun rumah itu. Yang aku ingat bahwa belum selesai semuanya dana sudah habis. Ya… rumah sebenarnya  sudah berdiri tegak, yang depan berlantai satu dan separo ke belakang berlantai dua. Cuma anjing lewat, sapi lewat bisa langsung masuk ke rumah karena belum ada daun pintu dan daun jendela , serta lantai masih tanah.

Bingung ?  ya jelaslah mau cari uang ke mana lagi. Hutang bank yang kemarin-kemarin aja belum lunas. Mau cari hutangan yang lainnya takut gak bisa bayar. Mau bayar pakai daun? Sisa gaji hanya pas-pasan untuk makan saja. Akhirnya kubiarkan selama setahun lebih rumah seperti itu saja. Untuk menutupi pintu dan jendela,  suami menggunakan triplek bekas cor – coran. Untungnya pekerjaanku dan suami tak pernah terganggu dengan keadaan ini. Rumah belum jadi ya tinggal bareng orang tua dulu. Untuk nutup lantai juga begitu. Mau langsung keramik ? uang siapa yang mau dipakai ? Ya harus sabar. Bulan ini melur ruang ini, bulan besok melur ( menutup lantai tanah dengan adukan semen ) ruang sana, bulan besuknya melur yang sebelahnya lagi dan seterusnya. Pokoknya rumah tidak boleh mangkrak. Pikiran kami malah hidup penuh semangat lho dengan cara begini.

Walaupun masalah rumah selalu menjadi bahan pikiran tiap hari, namun kegiatan menulisku tetap jalan. Nulis cerita, nulis diary, nulis teks pidato, nulis dongeng dan sebagainya. Aku akan bertambah semangat menulis manakala akan ikut lomba. Seperti juga di tahun 1995 , saat Majalah anak-anak Bobo berulang tahun yang ke-22, dan mengadakan lomba menulis pengalaman pribadi menjadi guru.  Aku mengikuti lomba itu dan terinspirasi dengan muridku yang dari keluarga tidak mampu tapi anaknya semangat dan pandai. Juga aku padukan dengan pengalamanku sebagai orang kota yang harus mengajar di sebuah desa. Dengan gaya cerita flash Back kesukaanku cerita itu mengalir dengan enteng namun menggigit dengan konflik-konflik yang terjadi. Kalau tidak salah judulnya “ Perjuanganku Tak Sia- Sia”. Cerita itu berhasil menjadi salah satu cerita terbaik.  Dan aku berhak mendapatkan hadiah uang tunai sebesar satu juta rupiah dan satu unit mesin ketik. Satu juta kalau sekarang di tahun 2022 seperti tidak ada artinya, karena sekali kita sekeluarga ke cafe  dengan menu standar saja uang segitu sudah habis. Namun di tahun 1995 di mana gajiku setiap bulan hanya sekitar seratus ribu rupiah, maka uang satu juta rupiah adalah uang yang luar biasa banyaknya. 10 x gajiku kan? Dengan uang itu aku bisa membeli  daun pintu rumah, daun jendela, beserta pemasangannya, sehingga rumah itu bisa dibilang jadi dan bisa  aku tempati. Aku sendiri tidak menyangka bisa jadi juara, karena sainganku kan banyak sekali. Tapi kalau Allah sudah menghendaki apapun bisa terjadi. Aku percaya dan yakin bahwa hal itu  sudah digariskan Allah dalam hidupku. Bahwa dalam kesusahanku mencari dana untuk merampungkan rumahku, Allah mengirimiku rezeki lewat hadiah lomba menulis dari Majalah Bobo.  Alhamdulillah… segala puji bagi Allah.

Saat itu Desember 2008, aku pulang dari tes wawancara calon kepala sekolah. Dengan langkah yakin aku berjalan menuju jalan raya mencari angkot nomor 10. Hari itu aku harus pulang sendiri, suami tidak bisa menjemput karena ada dinas ke Semarang. Sedang anak sulung lagi kuliah. Teman yang mengajakku pulang bareng aku suruh pulang duluan, karena giliran wawancaraku memang terakhir. Kasihan kalau teman harus menungguku kelamaan.

Sambil menunggu angkot datang, aku mencari dompet. Aku uber-uber isi tas , tapi tidak aku temukan dompet yang kucari. Aku kawatir sekali jangan- jangan aku gak bawa dompet. Benar juga… dompetku ternyata ketinggalan, begitu juga dengan Hpku. Langsung saja keringat dinginku mengucur. Aku putar otak bagaimana caraku bisa pulang. Di sekitar situ tidak ada yang aku kenal. Menghubungi seseorang jelas tidak bisa karena HP tidak terbawa. Aku melongok ke jalan siapa tahu ada teman atau kenalan yang lewat, tapi sudah beberapa menit berlalu tidak ada yang lewat. Angkot 10 sudah beberapa kali lewat tapi aku biarkan begitu saja, masak sih aku harus ngutang sopir angkot ?

Kembali aku uber- uber isi tas. Dompet tetap tidak aku temukan. Uang juga tidak ada. Ini memang keteledoranku sih, ganti tas tinggal ganti begitu saja tanpa memindah barang-barang yang ada dalam tas kemarin. Sekarang aku hanya bawa buku, bolpoin, dan kalkulator. Ada sedikit harapan dengan kalkulator itu. Aku menghampiri toko koran yang ada di dekatku, aku sodorkan kalkulatorku yang harganya cukup mahal. Aku tidak akan menjual kalkulator itu, aku cuma mau pinjam uang beberapa ribu rupiah untuk bayar ongkos angkot dengan jaminan kalkulator. “ Mbak , aku minta tolong pinjami uang dua ribu rupiah sebagai jaminannya kalkulator ini ya…”, Mbak yang punya toko melihatku dengan pandangan aneh. Iya bener…dia memandangku dengan pandangan aneh. Mungkin pikirnya ada pegawai mosok ongkos angkot aja tidak punya. Kemudian cepat-cepat aku jelaskan “ Gini mbak, aku mau pulang ke jalan Veteran mau naik angkot tapi ternyata dompetku ketinggalan, makanya aku pinjam uang dua ribu untuk bayar ongkos angkot, nanti aku pulangin , sebagai jaminannya kalkulator ini biar di sini”.  “ Ini …kalkulatornya bawa aja”, katanya dingin sambil menyodorkan uang dua ribuan. Dengan uang itu aku bisa selamat sampai di rumah. Cepat- cepat kutelpon anak sulung agar sepulang kuliah mampir ke toko koran tadi untuk mengembalikan uangnya.  “ o, itu tadi mamanya to ? Sudah uangnya tidak usah dikembalikan saja”, ucapnya ketika anakku mengembalikan uang pinjaman yang dua ribu rupiah itu. Namanya juga meminjam ya harus dikembalikan biar sah. Oleh anakku uang itu tetap dikembalikan. Setelah mengucap terima kasih anakku pulang sambil geleng- geleng kepala membayangkan saat aku menggadaikan kalkulatorku tadi.

BACA BUKU 3 DIMENSINYA

Pastikan anda memiliki saldo di dompet inno anda.
Jika belum silahkan bisa untuk beli saldo inno terlebih dahulu

Beli Saldo Inno

Fitur ini untuk pembelian dana saldo uang digital inno

Baca 3D book disini

Jika anda sudah memiliki saldo. Klik untuk baca buku 3D Book ini

Penulis :
Sri handayani

Ukuran :
14 x 21

Status :
Terbit

Ketebalan :
107 Halaman

ISBN :
978-623-5304-65-6

Harga :
Rp. 70.000

Marketplace:

       

0 0 votes
Rating
Subscribe
Notify of
1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Umpan Balik Sebaris
Lihat semua komentar

Top up Dana Saldo

Rp. 15.000

Bonus 100 poin

Rp. 25.000

Bonus 200 Poin

Rp. 50.000

Bonus 350 poin

Rp. 100.000

Bonus 800 poin