Ahmad Fatih Syuhud atau KH. Ahmad Fatih, dikalangan masyarakat, lebih populer dengan sebutan “Ra. Ahmad” (lahir di Malang, 1 Januari 1969); beliau adalah putra keenam dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama KH. Syuhud Zayyadi, pendiri dan pengasuh pertama di Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Ibunya bernama Ny. Hj. Masluhah Muzakki, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren (putri) Al-Khoirot.
Pernikahan antara KH. Syuhud Zayyadi dan Ny. Hj. Masluhah Muzzakky dikaruniai sepuluh putra dan putri. Masing-masing bernama :
- Amin Hasan Syuhud
- Jauharoh Syuhud (wafat muda)
- Hj. Bisyaroh Syuhud
- Hj. Lutfiyah Syuhud
- Hj. Faizah Syuhud
- Ahmad Fatih Syuhud
- KH. Ja’far Shodiq Syuhud
- Hamidurrohman Syuhud
- Hj. Hotimatul Husna Syuhud
- Humaidi Syuhud
- Ahmad Fatih Syuhud secara garis keturunan, nasabnya tersambung sampai sunan giri ke atas. Dilihat dari ayahnya KH. Syuhud Zayyadi yang bernama KH. Zayyadi, Pamekasan Madura, yang menikah dengan Ny. Salma, putri dari KH. Abdul Hamid, putra kelima dari 8 bersaudara putra-putrinya KH. Itsbat. Beliau adalah putra dari KH. Ishaq, putra dari KH. Hasan, putra dari Ny. Hj. Ambuk, putri dari Bujuk Agong Toronan, putra dari Ny. Hj. Lambung, putri dari KH. Zainal Abidin (kiyai agung cendana), putra dari Ny. Hj. Gede kedaton, putri dari panembahan kulon, putra dari Raden Ainul Yakin (Sunan Giri) sampai Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Awal Mula Menuntut Ilmu
Pada tahun (1977-1983), KH. Ahmad Fatih Syuhud menimba ilmu di pondok pesantren Al-Khoirot, dimana ia dilahirkan, berguru langsung pada ayahanda, KH. Syuhud Zayyadi. Hubungannya dengan ayahanda sangat erat. Baik dari segi sebagai anak maupun murid.
Ia pernah berkata “Mengaji pada ayahanda adalah satu hal yang mengesankan, bahkan ini adalah momen-momen terindah saya. Abah itu kalau mengajar bukan hanya mengajarkan khazanah keilmuan literasi islam saja, tapi ia juga mengajarkan kepada kita, yang mana itu memberi motivasi kepada saya khusunya, bahwa bagaimana cara memandang kehidupan, cara begaul, bersosial yang sesuai dengan prinsip Ahlussunnah Wal Jamaa’ah, yaitu (tawazun, tawasuth, tasamuh) artinya, tawazun berarti berimbang, tawasuth berarti pertengahan, tasamuh berarti toleran.” Sehingga perilaku, tindakan, sifat-sifatnya ada sisi kemiripan dengan ayahanda KH. Syuhud Zayyadi.
Disamping kedudukan KH. Syuhud Zayyadi sebagai guru, pengasuh pondok pesantren Al-Khoirot, Ia menganggap “Ayahanda, abah adalah seorang motivator, inspirator dalam kehidupan, baik dalam bidang pendidikan maupun sosial.” Sampai-sampai selama di pondok pesantren Al-Khoirot, saking antusias, ambisius haus akan ilmu, dan sangat termotivasi dengan abahnya, ia pernah mendapatkan penghargaan menjadi bintang kelas, juara pada saat menduduki kelas enam madrasah diniyah (madin) Annasyiatul jadidah.
Kata Mutiara, Pesan Moral Kh. Syuhud Zayyadi
- Menjadi tokoh ulama, kiai itu harus betul-betul diniati dengan ikhlas dalam berdakwah. Jangan sampai titel, gelar “kiai” dianggap sebagai pekerjaan, profesi. Karena kalau demikian, maka akan terjadi suatu konflik antar satu ulama dengan ulama lainnya, akan terjadi perebutan pengaruh dan itu harus dihindari. Seorang ulama, kiyai harus mendampingi umatnya secara lapang dada (ikhlas) menuju kebaikan. Artinya apa? Pesan tersiratnya adalah; jangan mencari rezeki lewat itu, lewat dakwah. Tapi cari rezeki dengan cara yang normal.,
- Kunci ingin pintar, cerdas, ‘alim iya harus banyak belajar, sinau, rajin belajar.
- Ketika posisi kita ditakdirkan untuk menjadi tokoh agama, kiyai, usahakan strategi dalam berdakwah dengan cara yang lembut, tidak keras sejalur dengan prinsip-prinsip Ahlussunnah Wal Jama’ah, mengawali dengan rasa cinta, suka, agar orang didakwahi juga demikian. Kenapa? Karenan taktik dan cara yang digunakan adalah cara termudah, dan berpotensi banyak yang mengikuti apa yang kita sampaikan, orang akan cenderung suka bila da’i, pendakwah mengajak dengan cara yang lembut. Hal ini juga sama dengan prinsip-prinsipnya imam nawawi dalam berdakwah.
Masa Belia di Pondok Pesantren Sidogiri
- Ahmad Fatih Syuhud menimba ilmu dibawah naungan pondok pesantren Al-Khoirot berjalan sekitar 5-6 tahun. Kemudian atas inspirasi ayahanda, dan keinginan yang kuat darinya pada waktu itu, ia melanjutkan mondok ke pondok pesantren Sidogiri, Pasuruan. Alasan ia masuk ke pondok pesantren Sidogiri yaitu :
Pertama, motivasi yang ia emban selama di pondok sebelumnya, tidak lain dan tidak bukan hanya ingin meningkatkan kualitas keilmuan sebelumnya.
Kedua, pondok pesantren Sidogiri, pada saat itu jumlah santri mencapai sekitar lima ribu santri. Dan ia suka bersaing dengan santri yang banyak itu, karena tipekalnya, karakternya yang suka berkompetisi, berlomba-berloma dalam hal kebaikan. Semakin banyak saingan berarti semakin bagus, akan terasa lebih bekerja keras, dan itu yang memicunya untuk belajar lebih giat, rajin lagi.
Ketiga, melanjutkan, meneruskan ke pesantren lain, meskipun disini ada pesantren, Al-Khoirot itu bagus untuk melatih kejiwaan kita, artinya melatih kepribadiannya, dia sebagai putra kyai, KH. Syuhud Zayyadi kalau ditempat sendiri, agak sulit untuk mendapatkan kritik, saran, masukan dari orang sekitar apalagi santri Al-Khoirot sendiri yang mana sangat mengetehaui keidentitasannya. Kalau ingin maju itu harus banyak dan mau menerima kritik, saran, masukan dari orang sekitarnya, baik yang positif maupun yang negatif. Baginya, mendapatkan itu semua akan lebih efektif, dan leluasa jikalau ia melanjutkan ke pondok lain, di pondok lain kita akan mendapatkan itu semua, dengan syarat identitas kita tidak disebarkan.
Selama ia belajar di bangku pondok pesantren Sidogiri tidak ada satupun dari salah satu temannya yang mengetahui identitas aslinya, kalau ia itu adalah putra kiyai, nasab mulia. Karena itu, mereka teman-temanya bergaul dengan secara bebas tidak ada hambatan. Jika ada perilaku dia yang tidak disukai oleh temannya maka mereka akan merenspon tidak suka, jika sebaliknya maka akan berkata demikan pula. Sehingga dengan sikap seperti itu, ia bisa banyak intropeksi diri, banyak belajar, meningkatkan kepribadiannya, dan itu baik karena bisa menumbuhkan sikap empati, memahami, menghargai yang lain. Hal itu akan bisa terbukti melalui lingkungan lain, lingkungan netral. Kalau di pondok sendiri tidak netral, karena semua santri, semua orang yang disekitarnya akan menghormati, akan memuliakan putra-putra kiyainya, walapun ia menyinggung perasaan orang itu sekalipun, tetap orang itu akan menghormatinya sebagai putra kiyai.
Menjadi Suri Tauladan yang Baik di Pondok Pesantren Sidogiri
Selama duduk dibangku pondok pesantren Sidogiri ia sangat bekerja keras dalam belajar, berupaya meningkatkan kompetensi dalam keilmuan, belajar secara maksimal, bahkan saking maksimalnya, ia tidak pernah meminta izin keluar pesantren. Karena pada umumnya setiap hari jum’at seluruh santri diperbolehkan main ke rumah tetangga, rumah orang yang dikenal santri guna untuk refreshing atau terkadang untuk memetik buah dll. Tapi dengan hebatnya, teguh pada pedoman abahnya ia, KH. Ahmad Fatih Syuhud tidak menggunakan kesempatan itu, melainkan kesempatan itu ia alihkan ke memperbanyak belajar, fokus dalam belajar. Menurutnya jika satu hari pikiran kita sudah terganggu, sedikit kita main-main keluar atau pulang maka ketika kembali ke pesantren konsentrasi kita menjadi hilang, dan itu yang membuatnya sehingga ia banyak belajar, fokus akan tujuan awal, dalam rangka mencapai hasil yang maksimal.
Sisi perbedaan dia dengan temannya sangat mencolok, salah satunya ia tidak pernah izin keluar dari pesantren sekalipun pulang, kecuali hari-hari libur yang sudah ditentukan dari pesantren. Misalnya, libur maulid selama sepuluh hari. Bahkan meskipun begitu, ia tetap menambahkan waktu belajarnya semaksimal mungkin, tentunya sesuai dengan kapasitas kompetensi fisik. Yang penting tidak sampai sakit. Sikap ambisius, antusiasnya akan kehausan ilmu sesuai dengan karakternya, tipekalnya yang pekerja keras, berkompetisi, bersaing dengan santri-santri yang sama-sama rajinya, sehingga tidak heran jika ia sering mendapatkan penghargaan berupa bintang kelas, bintang pelajar, bahkan ia pernah menjuarai lomba membaca kitab kuning tingkat seluruh santri sidogiri, yang pada saat itu berjumlah lima ribu santri, ia mendapatkan predikat sebagai juara umum. Pengumuman kejuararaan selalu diumumkan disaat setelah ujian (triwulan), (ujian tiga bulan sekali), dan itu menjadi hari-hari yang meneganggkan. Karena pengumuman kejuaraan, rangking pelajar diumumkan setiap selesai ujian tiga bulan sekali, dan itu diumumkan didepan seluruh santri.
Sepatah Kata Seribu Ma’na (KH. Abdul ‘Alim Bin KH. Abdul Jalil)
Beliau adalah guru dari KH. Ahmad Fatih Syuhud sekaligus pengasuhnya disaat ia mulai memasuki pondok pesantren Sidogiri pada tahun (1983-1988).
- Abdul ‘Alim bin KH. Abdul Jalil adalah sosok yang alim al-‘allaamah. Beliau mengajar kitab kuning kepada seluruh santri tingkat Ma’had ‘Ali (pengajian khusus) maupun seluruh santri dan masyarakat (pengajian umum). Disamping beliau mengajarkan kitab kepada mereka, beliau juga pernah ada satu momen dimana beliau menyampaikan satu ungkapan, pesan moral disaat pengajian berlangsung, yang sampai saat ini ia ingat dan tidak akan terlupakan yaitu “Orang bahagia itu adalah orang yang tahu tugas dan kewajibannya, dan dapat melaksankanya, tahu apa yang harus dilakukan dan mampu melaksanakannya dengan baik. Sebaliknya orang yang tidak bahagia menurut beliau adalah orang yang tahu tugas dan kewajibannya, namun tidak bisa melaksnakannya, baik karena tidak mau ataupun tidak bisa.”
Kedudukan KH. Abdul ‘Alim bin KH. Abdul Jalil pada saat itu sebagai pengasuh. Guru KH. Ahmad Fatih Syuhud di pondok pesantren Sidogiri bukan hanya itu, ada juga KH. Hasani, paman dari KH. ‘Abdul ‘Alim. Beliau adalah sosok guru yang ‘Alim, kesehariannya tidak mengajar para santri, namun beliau orang ‘alim. Di pondok sidogiri terdapat papan nama yang tertulis disitu “Definisi santri” yang membuatnya adalah beliau, KH. Hasani. Dikalangan masyarakat setempat beliau lebih dikenal dengan kiai sufi, alim, namun tidak mau mengajar bahkan pernah suatu ketika istrinya sedang tidak belanja, beliau sendiri yang belanja ke pasar. Sekitar berjarak seratus atau lima puluh m. Dari kediaman rumahnya, beliau jalan kaki menuju pasar untuk belanja sayur-sayuran, tempe, tahu dan lain-lain, yang mana nantinya akan dimasak oleh istrinya.
Keduanya, KH. Abdul ‘Alim dan KH. Hasani sama-sama memiliki hubungan baik, sama-sama pengasuh, hanya saja KH. Abdul ‘Alim yang mengajar kitab kepada para santri, sementara yang satunya katakanlah kiai yang non-aktif, tidak aktif mengajar sehari-hari.
Ada juga dewan pengasuh yang bernama KH. Nawawie bin KH. Abdul Jalil, beliau adalah adik dari KH. ‘Abdul ‘Alim bin KH. ‘Abdul Jalil. KH. Nawawie Wafat sekitar setahun yang lalu pada tahun (1443 H/2021 M). Beliau juga aktif mengajar sekaligus menjadi pengasuh pada masanya.
Masa Remaja di Pondok Pesantren Langitan
Awal menapaki harapan di bumi darul ulum, langitan, pondok pesantren yang terkenal, dengan sangat kuno (sepuh). Ia mulai belajar kembali dan menyesuaikan keadaan baru, lingkungan baru (adaptasi), ia melanjutkan mondoknya atas permintaan abahnya, KH. Syuhud Zayyadi. Awalnya ia mempunyai keinginan untuk melanjutkan ke pondok pesantren Lirboyo, Kediri. Namun, takdir berkata lain. Ia harus menjalani apa yang abahnya pinta, melanjutkan ke pondok pesantren Darul Ulum, Langitan.
Alasan Abah, KH. Syuhud Zayyadi memintanya untuk melanjutkan ke pondok pesantren Darul ulum, karena, Syakhona Kholil, Bangkalan, Gurunya Guru (Maha Guru) dari KH. Hasyim ‘Asy’arie dan para kiai-kiai lainya. Tanpa disadari olehnya, ternyata Syaikhona Kholil, Bangkalan pernah mengaji, belajar di pondok pesantren yang ia tempati pada masa itu (Darul Ulum, Langitan). Menurutnya, tidak ada salahnya untuk mengikuti keinginan abahnya. Karena itu, dia yakin bahwa pondok itu menjadi salah satu perantara yang akan membuatnya menjadi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di kalangan masyarakat suatu saat nanti.
Pondok pesantren Langitan memiliki bangunan yang bercabang, ada pondok pusat, ada juga pondok yang unit.
Pertama, pondok pusat, namanya bukan Darul Ulum, tapi Miftahul Ulum. Pondok inilah yang paling mencolok, paling tersohor di berbagai penjuru tempat. Sistemnya sama dengan pondok-pondok lain pada umumnya yaitu mengkaji kajian kitab kuning dengan sistem wethonan (kiai membacakan ma’na, sedangkan santri menuliskan ma’na dalam kitabnya masing-masing). Ciri khas pondok salaf salah satunya adalah mengkaji kitab kuning gundul. Dipelajari secara sistem wethonan (ma’nani kitab/ menyasak kitab).
kedua, pondok cabang, pondok ini letaknya pisah dengan pondok pusat. Bersebelahan dengan pondok pusat. Letaknya sebelah barat, sedangkan pondok Darul Ulum, pondok unit berada di sebelah timur. Alasan ia memilih pondok Darul Ulum, pondok unit, karena, pondok ini menerima santri untuk mengaji sambil kuliah. ia masuk di UNISDA (Universitas Islam Darul Ulum) Lamongan (1990-1994). Ia mengambil S1 Fakultas Hukum. Disana ia, KH. Ahmad. Fatih Syuhud menimba ilmu agama sekaligus mendapatkan ilmu umum. Karena itulah ia lebih memilih pondok pesantren modern Darul Ulum yang mana, santrinya adalah mahasiswa di Universitas itu,tetapi pada waktu mengaji ia lebih memilih ke pondok pusat, Miftahul Ulum. Setiap mengaji pasti ia meminta izin terlebih dahulu kepada kai Langitan untuk mengaji di pondok pusat.
Di bawah asuhannya KH. Abdullah Faqih ia belajar kitab dalam bidang fiqih, kitab Fathul Mu’in, bidang tafsir, kitab Tafsir Munir karya Syekh Nawawi Al-Bantani, dan beberapa kitab fiqih, tafsir, hadits, dan ilmu-limu lainnya.
Awal Goresan Pena KH. Ahmad Fatih Syuhud
Disini ia sudah mulai mengajar. Sudah tidak terlibat dalam kompetisi kembali. Tapi menurutnya “mengajar adalah belajar”. Jadi tidak perlu khawatir, karena belajar itu tanpa batasan waktu. Siapapun boleh belajar, dimanapun boleh belajar.
Disini ia mulai merintis, aktif mengarang buku, membuat karya tulis seperti majalah, koran,dan lain-lain. Disaat kuliah tahun pertama, karya tulisnya sudah mulai dimuat di republika, kemudian ia juga aktif menulis di majalah NU, Duta surabaya. Itu adalah pengalaman langkah awalnya menuju lembaran barunya.
Pelajaran dari KH. Abdullah Faqih
Setiap bulan Ramadhan KH. Abdullah Faqih sering menyampaikan beberapa hal kepada santrinya, yang paling diingat olehnya, adalah ungkapan (dauh) berkenaan dengan niat bulan Ramadhan bahwa kita di bulan Ramadhan ini, kita niati dua.
Niat yang pertama, kita berniat puasa mengikuti madzhab imam Maliki yaitu berniat puasa seluruh ramadhan, yang kedua, kita berniat mengikuti madzhab imam Syafi’i yaitu berniat puasa bulan ramadhan setiap harinya. Tujuannya beliau menyampaikan hal ini kepada santrinya, agar sewaktu-waktu kita lupa berniat, maka tidak perlu hawatir, masih memiliki cadangan niat versi imam Maliki. Secara tidak langsung terdapat pelajaran tersirat yaitu semua madzhab empat sama- sama benar, dan boleh memakai madzhab lain, tidak harus terikat sama madzhab Syafi’i, sekiranya dapat memberi solusi.
Kepribadian Seorang Guru, KH. Abdullah Faqih
- Abdullah Faqih, beliau dalam bertindak, menyikapi sesuatu sama dengan ulama-ulama lainnya. Menurut KH. Ahmad Fatih Syuhud, selama ia bersama beliau, beliau termasuk sosok guru yang terkenal, seseorang yang berhasil memajukan pondoknya, menjadikan pondoknya besar dan berkembang pesat pada masanya. Sama juga dengan pondok pesantren sidogiri pada masa KH.Kholil dan KH. Nawawi, zaman itulah pondok pesantren Sidogiri berkembang pesat. Hal ini juga sama dengan pondok pesantren Al- Anwar, Sarang, Rembang yang pada saat itu didirikan oleh KH. Maimoen Zubair, kemudian pondok ini menjadi berkembang pesat ke berbagai penjuru daerah, dan menjadi besar melebihi pondopk-pondok pesantren yang berdiri sebelumnya.
Ciri khas seluruh pesantren di Indonesia umumnya sama, sama- sama mengamalkan amalan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam berdakwah, dalam membimbing umat. Hal ini termasuk yang sering diamalkan oleh KH. Abdullah Faqih
di al-Quran disebutkan secara eksplisit :
يريد اللّه بكم اليسرولا يريد بكم العسر
Artinya : “Allah menghendaki kalian kemudahan, dan Dia tidak menghendaki kalian kesulitan”.
Juga dijelaskan di dalam Hadits :
يسّروا ولا تعسّروا
Artinya : Permudahlah, jangan mempersulit
Bunyi yang sama, di dalam hadits, Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam mencontohkan dalam mengambil 2 hal :
ما اخذ رسول اللّه بين امرين الأّ اختار ايسرهما
Artinya : Rasulullah tidak pernah mengambil diantara dua hal, kecuali Ia memilih hal yang termudah.
Kemudian dari sepenggal penjelasan di atas, umumnya para kyai, pendiri pesantren yang pondoknya besar, salah satu yang melatar belakanginya adalah selalu berjiwa toleran, berjiwa mempermudah umat bukan mempersulit, dan ini juga sesuai dengan yang diamalkan oleh Rasulullah SAW. Termasuk Gurunya, KH. Abdullah Faqih, Langitan.
menurutnya termasuk dari kepribadian gurunya, yaitu berprilaku yang mempermudah tidak mempersulit. Termasuk juga dalam masalah hukum, tidak mudah menilai buruk (su’udzon) kepada perbuatan seseorang, sederhananya berprilaku sesuai dengan prinsip Imam Abu Hasan Al-Asy ‘ari (pendiri Asy ‘ariah).
Menginjakan Kaki di Negara India
Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang. Lagi-lagi ia melanjutkan pendidikannya, haus akan ilmu. Kali ini ia belajar di luar, luar negri, Negara India. Disini ia melanjutkan Pendidikan formalnya. Kehebatannya, kesabarannya akan menimba ilmu, ia rela mengulangi strata S1 kembali, di fakultas yang beda dengan sebelumnya, Fakultas Hukum. Di India ia mengambil Fakultas Syari’ah Wa Ushuluddin di Nadwatul Ulama, Lacknow (1995-1997) selama dua tahun.
Setelah selesai dari S1, kemudian KH. Ahmad Fatih Syuhud melanjutkan Pendidikan S2 di Aligarh Muslim University (Universitas Muslim Aligarh), India (1997-1998). Disini ia hanya butuh satu tahun. Jurusan yang ia ambil masih dalam bidang keislaman yaitu Islamic Studies (studi islam).
Kemudian melanjutkan Kembali, bisa dibilang sama persis dengan yang pertama, ia mengulangi Pendidikan S2 nya, namun dalam bidang yang berbeda. S2 kali ini ia mengambil jurusan dalam bidang ilmu Politik di Agra Univesity (Universitas Agra, Universitas Dr. Ambedkar), India (1999-2000) disini ia hanya menempuh pendidikan selama setahun. Sama dengan tahun sebelumnya.
- Ahmad Fatih Syuhud, tetap teguh pendirian, memegang prinsipnya di awal, ia melanjutkan Pendidikan S3 di Jamia Millia University, New Delhi, India (Universitas Jamia Millia, New Delhi), India (2022-2007). Jurusan yang ia ambil Kembali dalam bidang keislaman yaitu kajian Islam. Disini ia menempuh pendidikannya selama lima tahun.
selain menempuh pendidikan formal. Ia juga belajar mengaji kepada gurunya, Bernama Syekh Sayid Abul Hasan Ali Hasani Nadwi. Ia belajar banyak darinya. Ia pernah mendapatkan ijazah kutubut tis’ah dan Al-Quran dari gurunya, tapi ia juga pernah mendapatkan itu dari ulama iain, dari pondok yang sama. Sederhananya, KH. Ahmad Fatih Syuhud selama di India, ia bukan hanya sekedar duduk di bangku kuliah. Tapi dua tahun sebelumnya ia juga mondok seperti di Indonesia dulu, sebelum berangkat ke India.
Ilmu yang ia dapatkan darinya ialah ilmu Tafsir, Hadits, Ushuluddin, dan ilmu-ilmu lainnya.
Dari gurunya, ia juga belajar tentang keiklasan, kepedulian, karena pondok di India semuanya bekerja keras, bukan hanya murid atau santrinya saja, melainkan gurunyapun demikian untuk tetap bisa membiyayai santri-santrinya. Seluruh santri disana dibiyai oleh gurunya, Syekh Sy. Abul Hasan Ali Hasani Nadwi, mulai dari makan, diberi pinjaman kitab perpustakaan, dan selama santri yang ingin makan maka tidak perlu membelinya cukup mengambilnya, karena semuanya sudah ditanggung oleh beliau, Syekh Sy. Abul Hasan Ali Hasani Nadwi.
Keindahan hati Murabbi, Syekh Sy. Abul Hasan Ali Hasani Nadwi
Sebagai murid, KH. Ahmad Fatih Syuhud, sangat mengagumi sikap, karakter dan jiwa besar gurunya. Semua perilaku-perilaku yang dicontohkan oleh gurunya, secara tidak langsung memberikan contoh kepada santrinya bagaimana hidup, bagaimana bersikap baik kepada orang lain, bagaimana menerapkan akhlak yang baik, budi pekerti terpuji. Hal ini juga yang tidak sama dengan ulama-ulama di Indonesia, pondok di Indonesia, yang belum bisa, belum mampu membantu para santri yang tidak mampu untuk mondok dengan alasan biaya namun mempunyai harapan besar untuk memasukinya. Hanya disini, di India ulama yang berpola hidup sederhana, bersikap peduli, seorang kaya raya, ilmuan muslim, dialah sosok yang kaya raya namun berpola hidup sederhana, kekayaan hartanya beliau alihkan untuk membantu para santri yang belajar kepadanya, menggratiskan makan santri selama satu minggu, setiap harinya dua kali, dengan menu yang berbeda-beda mulai dari ikan, kambing, sapi, kerbau dan lain sebagainya, dan itu santri sebanyak lima ratus orang. Masyaallahh…
- Ahmad Fatih Syuhud selama ia berada di India, disamping belajar mengaji, kuliah, dan hidup di pondok pesantren ia juga banyak belajar tentang kesederhanaan gurunya walaupun Syekh Abul Hasan itu kaya, hartawan, tapi beliau tidak menampakan itu semua, beliau bersikap sederhana, beliau juga termasuk ilmuan yang banyak karyannya, tokoh Internasional, mengarang kitab, menulis buku sekitar 200-250 kurang lebih, tapi beliau tetap berpenampilan biasa, layaknya orang biasa, beliau juga termasuk orang yang banyak dipuji oleh kalangan orang Arab karena karyanya.
Bukunya yang paling populer ditulis dalam bahasa Arab berjudul Madza Khasiral Alam bi Inhitatil Muslimin (Kerugian Dunia atas Kemunduran Islam) yang diterjemah ke dalam bahasa Inggris dengan judul Islam and the World.
Dari sinilah awal KH. Ahmad Fatih Syuhud belajar mengasah ke-produktifan beliau, inovatif, kreatif, karena yang namanya ulama itu harus memiliki karya, karya ilmiahnya, bukan hanya ceramah dan menyampaikan kepada umat. Sampai-sampai beliau sang guru, Sy. Abul Hasan pernah menyinggung ulama Indonesia “kenapa kyai-kyai Indonesia jarang ada karya ilmiahnya, karya tulisnya?” menurut ia, akhirnya tidak menghasilkan sebuah karya. Ini yang membuat memicunya menjadi terinspirasi oleh kata-kata beliau agar bisa menirunya karena ulama-ulama, kiai-kiai Indonesia (khususnya) jarang menulis dulu-dulunya,.askhkjshjkhHas
Kembali ke Tanah Air Indonesia
Meneruskan Perjuangan Ayahanda KH. Syuhud Zayyadi
Setelah sekian lama perjalanan mulai dari tanah kelahiran, tempat ia dilahirkan, Malang hingga ia bisa kembali mencium angin sejuk, suasana damai yang sudah lama tidak ia rasakan, Pondok Pesantren Al-khoirot, Malang. Seusai menyelesaikan pendidikannya KH. Ahmad Fatih Syuhud kembali ke tanah air Indonesia pada tahun 2007 untuk meneruskan perjuangan Abahnya, KH. Syuhud Zayyadi, Ia mendapat amanah dari sang ayah untuk meneruskan pondok pesantren tercinta, pondok pesantren Alkhoirot.
Setelah itu KH. Ahmad Fatih Syuhud menikah dengan seorang perempuan dari keluarga, keturunan terhormat, yang berasal dari kepanjen, Malang. Dari pernikahannya beliau dikaruniai 4 anak masing-masing bernama Ahmad Farzan Esfandiar Syuhud, kemudian disusul oleh purinya beliau bernama Kanza Nabila Syuhud, kemudian Rozana Zunaira Syuhud, dan yang terakhir bernama Shain Sarfaroz. Menurutnya “Keluarga adalah prioritas pertama dan utama bukan hanya dalam konteks nafkah, tapi juga meliputi pendidikan, bimbingan dan prioritas waktu”.
Dalam konteks kontribusi sosial, keluarga adalah tugas pertama dan utama yang diperintahkankan syariah bagi seorang muslim setelah dirinya sendiri sebagaimana secara eksplisit disebut dalam QS At-Tahrim 66:6 “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Tugas berikutnya adalah dakwah eksternal seperti disebut dalam QS Ali Imran 3:104 “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Disaat ia kembali ke pondok pesantren Al-Khoirot, ia langsung menggantikan kedudukannya sebagai pengasuh urtama. Waktu itu sebenarnya sudah ada adik-adiknya, yang sam-sama baru kembali, baru selesai dari pendidikannya, saat itu sudah ada Alm. KH. Ja’far Shodik, (adiknya yang pertama), KH. Humaidurrohman Syuhud (adiknya yang kedua), KH. Humaidi Syuhud (adik yang terakhir). Walaupun adik-adiknya juga sudah ada, tapi tetap dulu abahnya menyampaikan amanah untuk diteruskan olehnya, dan uga karena KH. Ahmad Fatih Syuhud adalah kaka dari mereka (adik-adiknya).
Pengajar Tetap di Pondok Pesantren Al-Khoirot
Seiring berjalannya waktu, selama di pondok pesantren Al-Khoirot, kini ia mengabdi sebagai pengasuh pondok pesantren Al-Khoirot, menjadi Ketua Yayasan pondok pesantren Al-Khoirot, dan juga menjadi pengajar tetap pada pengajian reguler kitab kuning (klasik) bagi santri aktif untuk program pengajian sorogan wethonan, madrasah diniyah dan ma’had aly.
Kitab yang dikaji antaralain :
- Tafsir Jalalain karya Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli (791 H-864 H) dan Abu al- Fadl Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad Jalaluddin as-Suyuti (849-911 H).
- Sahih Bukharikarya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari atau Imam Bukhari (196 H/810 M – Wafat 256 H/870 M))
- Al-Ummkarya Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (150 H/767 – 204H/819M)
- Al-Muhadzdzab fi Fiqhil Imam Asy-Syafi’ikarya Abu Ishak Ibrahim bin Ali bin Yusuf Al-Fairuzabadi Asy-Syairazi (w. 476H)
- Fathul Wahab bi Syarh Manhaj at-Tullab karya Abu Yahya Zakariya Al-Anshari
- Al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’karya Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syarbini Al-Khatib (w. 977 H)
- Ibanatul AhkamSyarh Bulughul Maram karya Alawi Al-Maliki
- Ahmad Fatih Syuhud juga mengajar pada waktu lain, yaitu mengajar pada pengajian berkala/non-reguler setiap Jum’at Legi (Jam 08.00 – 10.00 WIB) untuk alumni dan masyarakat.
kitab yang dikaji sebagai berikut:
- Sahih Bukharikarya Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju’fi al-Bukhari atau Imam Bukhari (196 H/810 M – Wafat 256 H/870 M))
- Kitab Al-Ummkarya Abū ʿAbdullāh Muhammad bin Idrīs al-Shafiʿī atau Muhammad bin Idris asy-Syafi`i (150 H/767 – 204H/819M)
Karya Tulis KH. Ahmad Fatih Syuhud
Setelah kembalinya dari India KH. Ahmad fatih Syuhud bukan hanya aktif dalam mengajar pengajian di pesantren Al-Khoirot, baik pengajian reguler maupun non-reguler. Tapi ia juga aktif menulis, dan ia sudah menerbitkan beberapa karya tulisnya. Berikut 10 buku yang sudah beliau terbitkan, baik versi cetak ataupun digital :
- Tip Menulis di Media Massa (Pustaka Al-Khoirot, 2008)
- Santri, Pesantren dan Tantangan Pendidikan Islam (Pustaka Al-Khoirot, 2009)
- Wanita Salihah, Wanita Modern (Pustaka Al-Khoirot, 2010)
- Pribadi Akhlakul Karimah (Pustaka Al-Khoirot, 2011)
- Dasar-dasar Jurnalistik (Pustaka Al-Khoirot, 2012)
- Pendidikan Islam: Cara Mendidik Anak Salih, Smart dan Pekerja Keras (Pustaka Al-Khoirot, 2011)
- Menuju Kebangkitan Islam dengan Pendidikan (Pustaka Al-Khoirot, 2012)
- Keluarga Sakinah (Pustaka Al-Khoirot, 2013)
- Rumah Tangga Bahagia (Pustaka Al-Khoirot, 2014)
- Meneladani Akhlak Rasul dan Para Sahabat (Pustaka Alkhoirot, 2015)
- Fatih Syuhud “Tantangan Pendidikan Islam di Era Globalisasi”, Jurnal INSANIA |Vol. 13|No. 1|Jan-Apr 2008, P3M STAIN Purwokerto.
Disamping aktif dalam menulis dan menerbitkan bukunya, Ia juga merupakan aktifis online. Aktifitas yang ia lakukan di online antaralain :
- Pengasuh Konsultasi Agamadi alkhoirot.net dan islamiy.com
- Menulis dalam Bahasa Inggris di fatihsyuhud.com
- Menulis dalam Bahasa Indonesia di alkhoirot.net, fatihsyuhud.net, afatihsyuhud.wordpress.com.
- Situs dalam bahasa Arab di fatihsyuhud.org.
Beliau juga memiliki media sosial yang bisa dikunjungi yaitu:
- Twitter: @fatihsyuhud
- com/fatihsyuhud
- google.com/+afatihsyuhud
- com/in/fatihsyuhud
- edu/fatihsyuhud
- Youtube.com/fatihsyuhud
- Soundcloud.com/fatihsyuhud
Menjadi Dubes Bloger Indonesia
Pada awal tahun 2000-an, teknologi blogging tengah booming dan menjadi aktivitas online yang paling diminati netizen termasuk kalangan akademisi. KH. Ahmad Fatih Syuhud menjadi salah satu blogger yang cukup dikenal karena berusaha mempromosikan Indonesia ke dunia luar dengan kampanye ngeblog dalam bahasa Inggris dan memberi penghargaan Blogger of the Week setiap minggu pada kalangan blogger Indonesia yang menulis blog dalam bahasa Inggris. Atas usahanya ini, ia mendapat apresiasi dari sejumlah media dan penulis buku antara lain:
- Tempo edisi 6 Agustus 2006 menyebutnya sebagai Dubes Blogger Indonesia dan menempatkannya dalam ranking 1 di antara 10 Blogger Pilihan majalah Tempo. Wimar Witoelar termasuk salah satu blogger pilihan Tempo.
- Koran Tempo, Edisi Rabu 29 Maret 2006, mewawancarainya secara khusus terkait dunia blog.
- Menjadi salah satu dari empat tokoh blogger Indonesia yang profilnya ditulis secara khusus di Majalah Tempo di samping Enda Nasution, Rovicky Dwi Putrohari, Hasan Aspahani, dan Tiara Lestari.
- Ditunjuk oleh Global Voices Online, sebuah project dari Harvard Law School, sebagai kontributor dari Indonesia bersama Enda Nasution.
- Klaudia Djajalie dalam bukunya Citizen Journalist: A Case Study on Using Blogs for Self-Promotion, hlm. 69-70, menulis: “Citizen Journalist” explores the blogging practices of A. Fatih Syuhud, an Indonesian blogger hailed as the pioneer of English blogging in his native country. Ranked as a top Indonesian blogger, Syuhud has quickly risen to fame within the blogging community due to his passion for writing. The author closely observes Syuhud’s citizen journalism efforts and innovative use of the Internet to promote himself.”
- Gary R. Bunt dalam buku iMuslims: Rewiring the House of Islam, dalam dua halaman penuh (169 dan 170) mengomentari dan mengutip secara khusus sejumlah artikel yang ditulis di blog pribadi fatihsyuhud.com dan menyebut situs ini sebagai “a significant portal that extended its reach through contribution that were posted onto Global Voices Online. It campaigned to increase the amount of English-language blogging emerging from Indonesian contexts. The blog’s owner, A. Fatih Syuhud, was a student of Islamic Studies and political science in New Delhi, India. These academic themes permeated Syuhud’s posts, which discussed many aspects of Indonesian society.”
- Ong Hock Chuan dalam theunspunblog.com menulis: “Blogger Indonesia, aka A. Fatih Syuhud, has probably done more than anyone I know to encourage people in Indonesia to blog in English so that they may be windows through which the World could see Indonesia as a multifaceted country.”