Ada Apa Dengan Kesehatan Mental Ibu Hingga Terkena Baby Blues
Oleh. Reni Tresnawati
Sebelum memasuki gerbang pernikahan, harusnya calon pengantin mempersiapkan diri secara fisik maupun mental, terutama mental. Karena apabila sudah berada dalam sebuah pernikahan, babak baru dimulai. Segala konsekuensi dalam menghadapi rumah tangga sudah siap dijalankan sesuai aturannya. Kehidupan dalam rumah tangga tidak segampang saat masih sendiri. Setelah ijab qabul, hadir sosok pria atau perempuan asing yang mengisi hari-hari dalam hidupnya, ternyata sesudah hidup bersama, tidak seperti yang dikenal waktu ‘pacaran’. Waktu belum terikat pernikahan begitu manis dan romantis, tapi setelah masuk kehidupan pernikahan karakter aslinya keluar. Kehidupan pernikahannya sering diisi pertengkaran dan tidak harmonis lagi, dan ini sangat menggangu pernikahannya, terutama terhadap wanita. Apalagi saat perempuan hamil, dia lebih sensitif dan sangat peka karena adanya perubahan hormon, ditambah pasca melahirkan, selain mengurus suami harus mengurus anak juga. Itulah awal gangguan kesehatan mental dari ibu.
Gangguan kesehatan mental tinggi pada populasi ibu hamil, ibu menyusui dan ibu dengan anak usia dini. Bahkan di Lampung, 25 persen wanita mengalami gangguan depresi setelah melahirkan. Hal tersebut terungkap dalam data laporan Indonesia National Adlescent Mental Health Survey (I-NAMHS) 2023. Kemudian hasil penelitian Adrianti (2020) terungkap 23 persen ibu hamil mengalami depresi dan 27 persen depresi pasca melahirkan. Selain itu penelitian skala nasional menunjukkan 50 – 70 persen ibu di Indonesia mengalami gejala baby blues.
” Ibu Indonesia mengalami gejala minimal baby blues tertinggi ketiga di Asia”, kata Ketua Komunitas Perempuan dari Wanita Indonesia Keren (WIK) dan Psikologi, Maria Ekowati, dalam jumpa pers ” WIK Dorong Kesehatan Mental Masuk dalam UU Kesehatan ” di Jakarta Selatan. Jumat (26/5/2023). REPUBLIK.CO.ID.
Faktor Penyebab Terjadinya Baby Blues di Indonesia
Tingginya kasus baby blues di Indonesia dipengaruhi banyak faktor. Diantaranya; agama, sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan. Pertama faktor agama, dipisahkannya agama dari kehidupan menjadi rapuhnya aqidah manusia, sehingga manusia jauh dari norma-norma agama yang tidak merasa berdosa bila melakukan kemaksiatan. Kedua faktor sosial. Pergaulan tanpa batas antara pria dan wanita, tanpa sadar mendekati pada perzinahan. Saat ini banyak sepasang sejoli pacaran dan terjadi hamil diluar nikah. Bahkan ada juga yang hidup bersama tanpa ada ikatan pernikahan. Ketiga, faktor ekonomi. Carut marutnya tatanan ekonomi membuat terjadinya kemiskinan yang mengakibatkan anak stunting, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), ibu atau istri dituntut untuk terjun dalam pekerjaan yang seharusnya menjadi kewajiban suami ( bekerja menjadi buruh pabrik). Keempat, faktor kesehatan. Pengetahuan kesehatan yang minim ditambah mahalnya biaya kesehatan bagi masyarakat kecil membuat mereka tabu dan cenderung mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, sehingga keselamatan dan kesehatan ibu hamil dan menyusui terabaikan. Kelima, faktor pendidikan. Kurikulum pendidikan Indonesia hanya memberikan materi reproduksi manusia di sekolah, tanpa menyediakan edukasi terhadap kesiapan menjadi orangtua sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki para calon orangtua. Bahkan pendidikan Indonesia justru jauh dari nilai-nilai agama yang dibutuhkan manusia sebagai pedoman hidup dan kapitalisme juga tidak berperan dalam menambah supporting sistem yang dibutuhkan oleh ibu baru.
Kurikulum Pendidikan Islam Menjauhkan Baby Blues
Baby blues terjadi karena kurikulum pendidikan Kapitalisme tidak menempatkan seorang ibu atau wanita pada fitrahnya. Sedangkan kurikulum pendidikan Islam sangat komprehensif sesuai dengan fitrah manusia, sehingga mampu menyiapkan setiap individu mengemban peran mulia sebagai orangtua. Rumahnya menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya. Istrinya menjadi Ibu pendidik utama bagi anak-anaknya sekaligus sebagai Ummu wa rabatul bait. Suaminya menjadi pencari nafkah yang halal toyyiban bagi anak istrinya, supaya apa yang di makan anak istrinya mendapatkan keberkahan dalam hidupnya. Ibu pencetak generasi cemerlang yang akan mewujudkan peradaban Islam yang membangun masyarakat peduli. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang memiliki perasaan, pemikiran dan pelaturan yang sama sehingga supporting sistem terwujud optimal dalam masyarakat Islam. Wallahu a’lam bishowab.