Beli buku versi cetak

PINJAM BUKU
Baca buku harian mulai dari SERIBU RUPIAH sudah bisa baca dan nikmati fitur 3D Book
Ruang Hcu dan Isolasi RSAA SKW
Februari 10, 2021
Bismillah
Assalamualaikum warahmatullahi wabarokaatuh
Selamat pagi
Semoga Alloh selalu memberikan nikmat sehat Ihsan dan keberkahan dalam kehidupan.
“Ya Alloh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, Rizki yang halal, dan amalan yang diterima”
Senantiasa kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Alloh subhanallahu wata’alla
Hidup bagaikan air selalu mengalir dalam keadaan apapun. Ketika kita bersyukur dengan kehidupan Alloh akan selalu menguji seorang Hambanya.
Pada tahun 2020 tepat pada bulan April tanggal 13 hal bersejarah bagi saya dan ummi. Setelah pulang dari Pontianak kondisi tubuh belum terlalu maksimal. Sehingga menyebabkan drop kembali sampai penurunan kesadaran bisa dikatakan koma lah yaa. Saya dibawa ke RS Sambas ditolak alasan karena tidak apa apa hanya saja kekurangan oksigen “bisa di pasangkan oksigen di rumah” ucap dr IGD. Saya dibawa pulang oleh keluarga dan dipasangkan oksigen di rumah, tetapi tekanan darah dan kadar oksigen dalam tubuh semakin menurun dan sampai kehilangan kesadaran.
Malam itu juga ummi dan Abi membawaku pakai ambulance mesjid jami’ yang dikemudikan oleh ustadz Luqman. Pergi ke rumah sakit SKW (Singkawang) yaitu rumah sakit Abdul Aziz. Telah sampai di IDG RSAA SKW saya ditangani dengan cepat oleh dokter dan perawat perawat nya. Di sana ummi dan Abi di temani salah satu kenalan yang orang nya sangat baik yg sudah kami anggap seperti keluarga sendiri dia adalah pengurus himpunan Hemofilia atau dikenal sebagai bapak Hemofilia. Beliau lah yang mengurus saya di sana.
Kesadaran terus menurun saya di pasangkan Alat jantung, ceteter, infus, ngt (selang makan/minum) dan Alat lainnya. dilakukan CT scan, Röntgen.
Setelah itu saya dimasukkan keruangan HCU (salah satu ruangan yang setara dengan ICU) saya ditangani bersama dr saraf (dr. Hanartoadji).
Hari pertama di ruang HCU. Hening sunyi senyap hanya bunyi alat alat yang bersangga ditubuhku, ummi dan Abi hanya berdoa dan berharap kesadaran ku cepat kembali. Setiap hari dokter melihat perkembanganku.
Hari kedua di ruangan HCU sama seperti hari pertama hening sunyi senyap hanya bunyi te tot te TOT.
Alhamdulillah kesadaran ku sudah mulai sedikit merespon walaupun hanya dengan kedipan mata. Saya sudah bisa buka mata tapi masih kecil. Sudah bisa memandang senyuman Abi dan ummi. Saya melihat betapa bahagia ketika ummi dan Abi melihat kesadaran ku mulai membaik, tetapi respinya masih belum stabil.
Dan pada siang hari ada salah satu dokter hematologi yaitu dr. Vina yang bertugas di RSAA menjengukku, beliau dokter yg saya kenal luar biasa baik nyaa Ma syaa Alloh.
Beliau membisikan ke telinga ku “Widiya kuat, seorang penghafal Qur’an. semangat yang kuat” itu bisikan nya. Membuat ku semangat untuk kembali sembuh.
Kemudian ada kak Lia istri dari bang Ivan (bapak hemofilia) menjengukku membawakan juz alpukat dan buah lengkeng, beliau memandangku penuh kasih sayang. Dan terus memberikan semangat di telinga ku. Sampai tak ku rasa aku meneteskan air mata yang dihapus olehnya.
Hari ketiga di ruangan yang mengajarkan arti kesepian apa siiih?? dan kita pun akan dikembalikan sendirian tanpa ditemani dengan siapa pun yaa tentu kita ditemani dengan Amal sholeh kita.
Hari itu juga ada dokter yang visit keruangan mengajak saya berinteraksi saling merespon satu sama lain. Alhasil saya belum terlalu kuat merespon dari apa yang dokter arahkan. Dokter berbicara kepada ummi tentang kondisi ku,
Di sore hari ada perawat datang keruangan, yang berbicara kepada ummi bahwa kami akan pindah keruangan. Yaitu ruangan isolasi.
Aku mendengar pembicaraan tersebut di mana hati ku mulai gelisah dan pikiran ku ke mana mana. Sendirian tidak ada orang sepi sunyi senyap dan lain lain.
Dan saya berpikir dan saya Ndak sendirian kok Ada Alloh “ucap dalam hati”
Kami diantar ke ruang isolasi, di awal pintu pertama ummi dilarang masuk. Dan hanya aku yang di bawa masuk dengan tempat tidur dan kemudian aku diangkat oleh perawat perawat.
Ummi meminta keringanan agar masuk ikut menemaniku di ruang isolasi. Alhamdulillah ummi di boleh kan masuk untuk menemaniku, sedangkan Abi tidak boleh, jadi Abi pulang.
Hari demi hari kami lalu berdua di ruangan isolasi. susah senang sedih bercampur aduk.
Kami di swab, dua kali Alhamdulillah hasil swab kami negatif semua.
Di ruangan isolasi Ndak enak yaaa. kita sendirian, sepi, perawat hanya perlu saja melihat kita.dokter hanya lewat telepon ketika visit.
Walaupun fasilitas semuanya di lengkapi dari makan, mencuci, tempat tidur dll, semua lengkap.
Setiap hari kami hanya melihat orang lewat di jendela kaca.
Kalau nanya nangis nggak di isolasi? Nangis si iyaaa .kenapa nangis yaa kerne bosan ndak ad hiburan.
Tapi di satu sisi kita harus bersyukur disetiap keadaan yang Alloh berikan ke kita.
Alloh menguji suatu kaumnya tidak diluar batas kemampuan hambanya.
Hari demi hari Kami lewati di ruangan isolasi sampai hari ke 6 dan hasil swab terakhir negatif dan hasil Rontgen Alhamdulillah hasilnya baik semua. Kami pun dibolehkan pulang oleh dr paru ,di hari itu bahagia nya luar biasa tampak raut wajah ummi yang sangat merindukan rumah dan rindu dengan Adik adik dirumah.
Ummi menguruskan berkas berkas untuk keluar dari rs.
Mengambil obat dan lain lain.
Kami pun pulang kerumah di jemput Abi menggunakan mobil.
Alhamdulillah masa masa senang sedih susah sudah terlewati tinggal melakukan isolasi mandiri dirumah.
Sekian cerita perjalanan hidup
Untuk membuka bab selanjutnya silahkan ada bisa melakukan pinjaman buku harian atau membeli buku cetaknya
Penulis :
WIDYA
Ukuran :
14 x 21
Status :
Terbit
Ketebalan :
204 Halaman
ISBN : 978-623-5304-61-8